Negara Asia menempati empat posisi di peringkat lima besar dunia karena pertumbuhan kelas menengah.

JAKARTA - Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan Indonesia (RI) menjadi negara perekonomian terbesar kelima dunia pada 2024 menggeser posisi Inggris yang pada 2008 lalu masih ada di posisi tersebut. Masuknya Indonesia di posisi lima besar itu ditopang oleh pertumbuhan kelas menengah terutama di kawasan Asia.

Data Produk Domestik Bruto (PDB)-Paritas Daya Beli yang dipublikasi kedua lembaga itu menyebutkan akan terjadi pergeseran peringkat negara ekonomi terbesar di dunia pada 224 mendatang.

Negara Asia akan semakin mendominasi posisi lima teratas, menggeser posisi beberapa negara Eropa, setelah Jepang dan Tiongkok berada di posisi kedua dan ketiga pada 2008 lalu. Selain Indonesia, India juga masuk ke posisi ketiga, sedangkan Tiongkok bertukar posisi dengan Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan ekonomi terbesar dunia.

Dengan demikian, posisi lima terbesar dunia empat tahun mendatang didominasi oleh negara Asia dan menyisakan AS di posisi kedua. "Selain kelas menengah, sisi demografi juga berkontribusi positif pada pergeseran dominasi Asia," sebut pernyataan Bank Dunia dan IMF yang dipublikasi, Rabu (22/7).

World Economic Forum mencatat, di saat pertumbuhan Tiongkok diprediksi terus melandai seiring populasi penduduknya yang menua, Indonesia, Filipina, dan Malaysia justru berpotensi menjadi penentu perekonomian Asia dengan motor pertumbuhan dari meningkatnya angkatan kerja.

Disebutkan, perkiraan susunan ekonomi terbesar di dunia IMF tersebut menggunakan perbandingan proyeksi pertumbuhan ekonomi beberapa tahun ke depan, termasuk tahun 2020 serta proses pemulihan ekonomi di tahun-tahun berikutnya.

Dua lembaga itu juga memproyeksi perekonomian beberapa negara dengan PDB terbesar pada 2020 yang rata-rata berkontraksi atau tumbuh negatif, seperti AS yang berkontraksi 6,1 persen, Jepang negatif 6,1 persen, Jerman negatif 7,8 persen dan Brasil negatif 8,0 persen.

Sangat Rendah

Sementara itu, prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 negara-negara Asia juga sangat rendah, bahkan tiga negara diperkirakan tumbuh negatif yaitu Malaysia negatif 3,1 persen, Thailand negatif 5,0 persen, dan Filipina negatif 1,9 persen. "Meskipun lebih baik dari negara Asia lainnya, Indonesia dan Tiongkok juga tertekan dengan pertumbuhan ekonomi 0 persen dan 1,0 persen.

Menanggapi proyeksi Bank Dunia dan IMF itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu menyebutkan upaya penanganan pandemi Covid-19 pada 2020 merupakan kunci ekonomi Indonesia untuk menjadi yang terbesar kelima dunia beberapa tahun ke depan.

"Kerja keras penanganan Covid-19 pada 2020 akan sangat menentukan pemulihan di tahun-tahun berikutnya," kata Febrio seperti dikutip Antara di Jakarta, Rabu (22/7).

Menurut dia, salah satu pertimbangan di balik pergeseran dominasi ekonomi itu bukan hanya bergantung pada upaya pemulihan pada 2020, namun juga adanya pertumbuhan kelompok kelas menengah di Asia. Tak hanya itu, sisi demografi turut berkontribusi dalam pergeseran dominasi Asia. "Prediksi ini perlu kita syukuri dan perlakukan sebagai motivasi bagi Indonesia. Pemerintah harus terus melakukan kebijakan yang tepat dalam rangka penanganan pandemi Covid-19," kata Febrio.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan agar ekonomi Indonesia tidak menurun tajam, maka sudah disiapkan beberapa strategi, salah satunya mempercepat pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang menyasar sektor kesehatan, perlindungan sosial, korporasi, usaha mikro kecil dan menengah, hingga sektoral dan pemerintah daerah.

Dengan percepatan program tersebut, dia berharap perekonomian mengalami titik balik pada kuartal III dan kuartal IV tahun 2020. n ers/E-9

Baca Juga: