JAKARTA - Mitra global Indonesia telah mengakui status Indonesia sebagai kekuatan menengah yang konsisten melaksanakan prinsip kebijakan luar negeri bebas dan aktif. Indonesia yang selalu berupaya menjadi penengah antara kekuatan besar dan kekuatan kecil, penengah antara Timur dan Barat, belahan bumi selatan dan belahan bumi utara merupakan bukti peran Indonesia sebagai negara kekuatan menengah.

"Tetapi, mereka (mitra global Indonesia) juga mengakui bahwa ada beberapa batasan dalam kekuatan Indonesia sebagai kekuatan menengah," kata peneliti Departemen Hubungan Internasional CSIS, Andrew W Mantong, dalam diskusi dengan tema Peran Kekuatan Menengah dalam Multipolar, di Jakarta, Kamis (3/10).

Seperti dikutip dari Antara, Andrew berpendapat Indonesia bisa berkontribusi lebih aktif dalam mediasi dan dialog meski masih ada beberapa batasan signifikan dalam menyelesaikan konflik yang sebenarnya.

"Kita dapat pergi ke Ukraina. Kita dapat pergi ke Russia. Namun, apakah konflik akan berakhir atau tidak, itu akan membutuhkan sumber daya lain," ujar Andrew.

Lebih jauh, Andrew mengatakan meski Indonesia telah diakui oleh mitra global sebagai negara kekuatan menengah, status tersebut tidak membuat Indonesia bisa lepas dari kritik.

Kepentingan Ekonomi

Andrew menyebutkan salah satu kritik itu adalah Indonesia dianggap sedikit ambigu dalam hal kepemimpinan, khususnya selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, karena kebijakan luar negeri Indonesia dianggap lebih didorong kepentingan ekonomi dan tidak tertarik untuk memperluas ke peran lainnya.

Selain itu, Andrew juga mengatakan terkadang para mitra global kesulitan mengaitkan Indonesia dengan kemampuan khusus yang jelas seperti negara-negara menengah lainnya, sembari memberi contoh Australia atau Korea Selatan yang semakin aktif dan peduli dengan teknologi.

Dia juga menilai bahwa terkadang keberadaan Indonesia di tingkat global masih sangat bergantung pada kedudukan simbolis daripada mobilisasi sumber daya yang jelas, kontribusi keuangan atau bahkan fungsi keamanan sebagai penyedia barang publik global atau regional.

Andrew mengatakan ketika berbicara tentang kekuatan menengah, ada asumsi bahwa beberapa landasan normatif memiliki dampak dan beberapa platform multilateral tetap stabil.

Baca Juga: