JAKARTA - Tiga negara yang dikenal sebagai pemilik hutan tropis terbesardi dunia, telah menggelar pertemuan trilateral guna menjalin kerja sama strategis dan sinergis. Kerja sama mencakup sejumlah hal, baik dalam pengelolaan hutan, dan pengalaman lainnya yang berhasil dijalankan tiga negara ini dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

"Pertemuan telah digelar di Sekretariat Delegasi Republik Indonesia di arena COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, awal pekan ini. Banyak potensi kolaborasi yang bisa dilakukan Indonesia, Brasil, dan Kongo," kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong yang memimpin pertemuan trilateral ini dalam pernyataan tertulis dari arena COP 26 UNFCCC, Glasgow, Jumat (12/11).

Alue Dohong menjelaskan, dalam pertemuan trilateral tersebut dikemukakan gagasan dan pandangan tentang pentingnya kerja sama ini dan mengidentifikasi kira-kira area kerja sama apa saja yang dapat dilakukan oleh ketiga negara secara bersama-sama (trilateral) atau secara bilateral. Menteri Lingkungan Brasil dan Republik Demokratik Kongo juga menyampaikan pandangan serta gagasan mengenai kerja sama ini.

Pada saat pertemuan, tiga negara mempunyai pandangan yang sama tentang pentingnya kerja sama dalam kerangka memperkuat pengaruh tiga negara pemilik hutan tropis terbesar di duni ini dalam negosiasi iklim di COP26 UNFCCC.

Disepakati perlunya melakukan inisitif kolaboratif melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja yang solid berdasarkan kesamaan kepentingan dan prinsip saling mengisi kebutuhan.

Diharapkan kerja sama ini makin memperkuat posisitiga negara di arena negosiasi pengendalian iklim global seperti di COP 26 UNFCCC, sehingga dapat bersama-sama memperjuangkan solusi yang paling efektif dan tepat termasuk upaya-upaya mendorong peningkatan pendanaan yang berbasis hasil untuk pengurangan emisi dari pengurangan deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+) serta kedua, mekanisme pembayaran atas jasa ekosistem(Payment for Ecosystem Services/PES).

Dalam pertemuan inimemang ada beberapa potensi kerja sama dari tiga negara tersebut. Indonesia menawarkan sharing pengalaman dan keahlian kepada Republik Demokratik Kongo dan Brasil terkait pengurangan deforestasi, pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta dalam hal pengelolaan hutan sosial untuk masyarakat.

Brasil yang memiliki pengalaman luas dalam pelaksanaan pembayaran jasa ekosistem (PES), pengelolaan dana iklim lewat lembaga Amazon Fund, juga kerjasama kegiatan pengelolaan praktik pertanian dan peternakan yang rendah emisi, pengelolaan sampah dan sanitasi.

Ingin Banyak Belajar

Republik Demokratik Kongo, ingin banyak belajar dari Indonesia dan Brasil. Sehingga meminta dukungan dan bimbingan teknis dari Indonesia dan Brasil dalam program REDD+, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, termasuk gambut. Ketiga negara juga membicarakan terkait program keanekaragaman hayati dan bioprospeksi serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.

"Setelah pertemuan tersebut, Menteri Brasil, Republik Demokratik Kongo dan saya menugaskan masing-masing pejabat perwakilan untuk membahas tindak lanjut teknis terkait area kerjasama potensial yang dapat dilakukan ke depan baik dalam kerangka kerja sama bilateral maupun trilateral," katanya.

Dalam pertemuan trilateral dari Indonesia dipimpin Alue Dohong, didampingi Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Agus Justianto, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Agung Ruandha Sugardiman, DirjenPengendalian Perubahan Iklim (PPI) Laksmi Dhewanthi, Dirjen Dirjen KSDAE Wiratno, dan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Dida Ridha Migfar.

Delegasi Brasil dipimpin Menteri Lingkungan, Mr. Yoaquim Leite, didampingi Wakil Menteri urusan Perubahan Iklim dan Urusan Internasional, Mr. Marcus Paranagua, Direktur Urusan Internasional, Mrs. Guelhemme Belli, dan Sekretaris untuk urusan Amazon dan Lingkungan, Martha Giannichi.

Delegasi Republik Demokratik Kongo dipimpin Menteri Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, Mrs. Eve Bazaiba Masudi, didampingi Penasehat Urusan Hutan dan Gambut, Mrs. Dzibo Syllvie didampingi Koordinator Manajemen Gambut , Mr. Jean Jacques Bambuta Boole.

Pertemuan trilateral ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan virtual sebelum COP 26 UNFCCC tanggal 22 Oktober 2021 antara Menteri LHK Siti Nurbaya dengan Menteri Lingkungan Brazil Mr. Yoaquim Leite. Dalam pertemuan ini dibahas kerja sama pemilik hutan tropis terbesar, untuk aksi-aksi lebih lanjut, khususnya dalam menyongsong COP26 UNFCCC.

Setelah pertemuan trilateral tingkat menteri selesai, dilaksanakan pertemuan tingkat teknis. Pertemuan tingkat teknis mengidentifikasi dan membahas secara lebih teknis lingkup atau cakupan dan bidang kerjasama yang akan dituangkan nota kesepakatan ketiga negara . Indonesia, Brasil dan Republik Demokratik Kongo.

Baca Juga: