Di tengah tantangan ideologi lain yang mencoba merangsek, Indonesia bersama Pancasila terbukti mampu menjaga persatuan dan kesatuan.

JAKARTA - Indonesia bersama Pancasila terbukti mampu menjaga persatuan dan kesatuan di tengah tantangan ideologi lain yang mencoba merangsek. Untuk itu, semua masyarakat Indonesia harus dapat senantiasa menjaga kestabilan, tersebut khususnya dalam momen pemilihan umum (Pemilu) 2024.

"Indonesia bersama Pancasila terbukti mampu menjaga persatuan dan kesatuan di tengah tantangan ideologi lain yang mencoba merangsek," kata Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, pada seminar kebangsaan, di Ruang Interaktif Center Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Fakultas Ilmu sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, baru-baru ini.

Seminar ini terselenggara berkat kerja sama Institute of Southeast Asian Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan Fakultas Ilmu sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga. Seminar kebangsaan ini bertajuk Pemilu untuk Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Benny menegaskan Indonesia adalah negara demokrasi dengan mayoritas Islam terbesar di dunia dan selama ini mampu melaksanakan demokrasi dengan baik dan suksesi kepemimpinan yang relatif damai dan tanpa kekerasan. Hal ini membuktikan bahwa citra Muslim yang digaungkan oleh barat sebagai umat yang keras dan otoriter tidak terbukti.

Lebih jauh, Benny menyatakan semua warga harus sadar bahwa pemilu sebagai sarana demokrasi yang ideal dan benar-benar adil adalah suatu hal yang utopis.

"Di lapangan kita menghadapi kenyataan bahwa ongkos pemilu yang mahal menjadikan hal yang seharusnya menjadi perayaan dan penghormatan terhadap demokrasi ini menjadi hal yang penuh intrik, dinamika, dan transaksi," kata Benny.

Melihat Rekam Jejak

Pada akhirnya, tambah Benny, warga harus kembali pada pandangan Romo Magnis tentang minus mallum atau lesser evil yang menyatakan bahwa masyarakat harus memilih mereka yang dosanya paling sedikit dan karenanya sebelum pesta demokrasi yang akan diselenggarakan pada tahun 2024 tersebut publik sudah harus mulai bisa memperhatikan para calon pemimpin dengan melihat rekam jejak, kestabilan psikologis dan kemampuan mereka dalam berdiri bersama rakyat dan pemilih.

"Kita harus bisa melihat pemimpin mana yang memiliki keutamaan yaitu mereka yang menghormati keberagaman, hak asasi manusia dan peduli pada mereka yang terpinggirkan," kata Benny.

Secara khusus, Benny mengingatkan harus disadari dalam era digital ini sifat buruk bangsa Indonesia benar-benar tergali. "Kita tak sadar menjadi pribadi yang melodramatis. Mudah terjebak pada romantisme dan masa keemasan masa lalu, serta menjadi mereka yang bersumbu pendek," katanya.

Dikatakan, mereka yang menjadi komunitas pengiya kata yang membagikan hal dan informasi tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Oleh karena itu diharapkan setiap peserta seminar kebangsaan dapat selalu menjadi agen perubahan, agen demokrasi, dan agen pengedukasi dalam upaya penjaga pemilu yang berkualitas.

Lebih lanjut, doktor komunikasi politik itu menyatakan para pemilih potensial adalah generasi Z. "Kita harus bisa mengajak dan membawa mereka untuk dapat memilih secara rasional dan tidak terjebak memilih atas dasar afeksi, politik identitas dan romantisme masa lalu yang digunakan pihak pihak yang tidak bertanggung jawab untuk meraih kekuasaan," katanya.

Baca Juga: