JAKARTA - Revolusi cetak dokumen kependudukan dengan kertas putih ternyata menghemat miliaran rupiah dana APBN. Selama 2 tahun terakhir Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Dukcapil Kemendagri) berhasil menghemat 900 miliar rupiah.\

"Dengan cara ini Dukcapil bertransformasi seperti perbankan, mendorong pelayanan lebih cepat, bisa 24 jam sehari karena sudah ada Anjungan Dukcapil Mandiri (ADM) yaitu mesin ATM-nya Dukcapil. Pemohon bisa mencetak dokumen dari Anjungan Dukcapil Mandiri. Saat ini sebanyak 210 mesin ADM beroperasi di seluruh Indonesia," kata Direktur Jenderal Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh, di Jakarta, Minggu (26/9).

Zudan mengingatkan di era satu data kependudukan ini yang harus dijaga adalah perlindungan rahasia data pribadi. Masyarakat berperan penting agar data pribadi tidak beredar di mana-mana.

"KTP elektronik (e-KTP), KK NIK, nomor HP, rekening bank, banyak sekali di mesin pencarian Google. Ini karena masyarakat sering mengaplod data pribadi mereka lewat WA, Line, IG, FB atau Telegram. Maka kurangi itu, yang diaplod cukup nama dan NIK saja. Jangan foto selfie dengan dokumen kependudukan kita," katanya.

Dengan digitalisasi, lanjut Zudan, layanan Dukcapil bertransformasi. Dulu dokumen KK berwarna biru sekarang dengan kertas putih biasa dengan Tanda Tangan Elektronik (TTE). Tidak ada lagi cap dan tanda tangan basah. Filenya bisa dicetak sendiri semuanya asli tak perlu legalisir.

"Setiap waktu dibutuhkan bisa di-print out ulang. Semua itu bisa dilakukan karena Dukcapil sudah menghapuskan penggunaan kertas security diganti dengan kertas putih biasa," ujarnya.

Zudan juga mengatakan, dengan integrasi data Dukcapil ke semua lini pelayanan publik, maka tata kelola negara akan semakin mudah dikendalikan, dan dibangun transparansinya. Di dunia bisnis keuangan dan perbankan kini dikenal e-KYC (know your customer). Sebelumnya proses KYC dilakukan secara manual. Prinsip KYC adalah mengenal nasabah atau calon nasabah.

"Awalnya KYC, nasabah harus menyerahkan e-KTP secara manual dengan tatap muka langsung. Perkembangan selanjutnya, e-KTP bisa dibaca dengan card reader. Tetapi ini ada banyak kendala dalam masa pandemi Covid-19. Tujuannya sih tetap sama memastikan nasabahnya benar, mencegah data ganda, mencegah fraud, dan mendorong semua orang berperilaku baik," papar Zudan.

Ditambahnya, setiap orang harus berperilaku baik. Karena semuanya terkoneksi dan makin transparan. Nomor handphone NPWP, semuanya masuk dalam bigdata kependudukan Dukcapil. Jadi, kalau ada orang mendaftar nomor perdana handphone dengan namanya sendiri kemudian dia menipu orang, setelah itu dia membuang nomor handphonenya, lalu dia merasa aman. Sekarang tidak lagi.

"Karena semua nomor handphone terdaftar di Dukcapil. Ketika dia mendaftar dengan NIK dan Nomor KK sendiri, tapi berperilaku tidak baik itu bisa menimbulkan masalah. Inilah proses KYC. Dulu tatap muka sekarang sudah bisa secara elektronik," katanya.

Dengan e-KYC, kata Zudan, orang tidak perlu datang ke bank. Cukup verifikasi wajah atau sidik jari dan irish mata berbasis NIK. Ketik NIK-nya verifikasi dengan foto wajah atau dan sidik jari.

"Indonesia sudah mampu seperti itu. BUMN yang mengakses data biometerik Dukcapil untuk e-KYC ini sudah beberapa, yaitu Pegadaian diikuti Bank Mandiri dan Bank BNI mulai jalan. Bank BCA juga mulai jalan sistemnya seperti itu. Berbagai kementerian dan lembaga lain bisa mengembangkan seperti ini," ujarnya.

Di perguruan tinggi juga begitu, ujarnya. Ia contohkan, misalnya mahasiswa Krisnawipayana yang menyikuti perkuliahan nantinya tidak usah mengisi absensi manual. Bisa identifikasi berbasis elektronik dengan QR code.

"Enggak masuk kuliah beneran enggak masuk. Dia tidak bisa titip absen sehingga kita betul-betul mengembangkan perilaku baik. Jadi Layanan adminduk bisa mendorong penduduk berperilaku baik," katanya.

Baca Juga: