Pemberontakan budak terbesar di Haiti pada 1791 menciptakan efek domino di seluruh koloni Prancis yang berujung pada dihapuskannya perbudakan yang meluas di seluruh koloni negara Eropa itu.

Pemberontakan budak terbesar di Haiti pada 1791 menciptakan efek domino di seluruh koloni Prancis yang berujung pada dihapuskannya perbudakan yang meluas di seluruh koloni negara Eropa itu.

Pemberontakan budak terbesar dalam sejarah dan satu-satunya yang berhasil dimulai pada tahun 1791 di koloni kaya Prancis di Saint-Domingue yang sekarang bernama negara Haiti. Keberhasilan ini menginspirasi masyarakat dunia bahwa sistem demokrasi yang berprinsip tidak mengecualikan siapapun.

Peristiwa yang terjadi di Haiti ini menciptakan efek domino di seluruh koloni Prancis. Setelah dua tahun, perbudakan dihapuskan di Haiti dan tidak lama kemudian meluas di seluruh koloni negara Eropa itu.

Budak yang dibebaskan kemudian memberikan kontribusi besar dalam memukul mundur invasi Spanyol dan Inggris di Saint-Domingue sebutan lama untuk wilayah Prancis yang menjadi negara Haiti. Pemberontakan dikomandoi oleh orang kulit hitam bernama Toussaint Louverture. Ia kemudian secara de facto menjadi penguasa tunggal koloni tersebut.

Sejarawan Prancis bernama Laurent Dubois dalam karyanya Avengers of the New World (2004) menulis pada Tahun Baru 1804, sekelompok jenderal bertemu di Gonaives, di pantai barat Saint-Domingue, untuk mendirikan negara baru. Dipimpin oleh Jean-Jacques Dessalines, mereka mengumandangkan deklarasi kemerdekaan.

Pada masa revolusi itu nama Haiti yang berasal dari bahasa pribumi Taíno dan memiliki arti 'tanah pegunungan tinggi' untuk menamai seluruh pulau Hispaniola, dibangkitkan lagi oleh Dessalines untuk mengganti nama Saint-Domingue.

Dia dan beberapa orang lainnya dalam kelompok itu sebelumnya adalah budak. Beberapa di antaranya lahir di Afrika, diperbudak di sana, dan selamat dari Jalur Tengah. Lainnya termasuk Dessalines, dilahirkan dalam perbudakan di koloni Prancis.

Pada kategori Jalur Tengah, kapal-kapal berangkat dari Eropa menuju pasar Afrika dengan membawa barang-barang manufaktur. Barang-barang ini lalu ditukarkan dengan budak kepada penguasa negara-negara Afrika dan para pedagang budak di sana.

Mereka membubuhkan tanda tangan di samping tanda tangan mantan pemilik budak, yang salah satunya rupanya memiliki julukan 'orang kulit putih yang baik' atau dalam Bahasa Prancisnya disebut Le Bon Blanc. Banyak dari jenderal-jenderal ini adalah keturunan campuran Eropa-Afrika, dan telah menjadi orang bebas sejak jauh sebelum revolusi.

Beberapa orang pernah berperang melawan Dessalines dalam perang saudara berdarah beberapa tahun sebelumnya. Namun kini mereka mendukungnya dan mendukung pernyataannya bahwa ikatan dengan Prancis telah terputus selamanya dan bahwa mereka akan berjuang sampai mati untuk mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan mereka.

Sumber Harapan

Haiti didirikan di atas reruntuhan koloni paling menguntungkan di dunia 15 tahun sebelumnya. Pada zaman itu perbudakan adalah bagian penting dari berkembangnya sistem kapitalis pedagang yang menguntungkan Eropa dimana sistem ini menghancurkan Afrika dan mendorong pertumbuhan pesat bagi seluruh Amerika.

Kerajaan-kerajaan Eropa yang paling kuat mempunyai kepentingan yang luas dan mengakar terhadap berlanjutnya perbudakan. Hal yang sama juga terjadi di sebagian besar negara di utara Haiti yang sebelumnya telah mendeklarasikan kemerdekaannya yaitu Amerika Serikat (AS).

Saint-Domingue telah memberi bukti terkuat selama beberapa dekade tentang betapa menguntungkannya sistem yang kejam ini. Namun pada tahun 1791, para budak memberontak secara massal. Peristiwa ini menjadi pemberontakan terbesar dalam sejarah dunia dan satu-satunya yang berhasil.

Kaum revolusioner Antillen ini mencapai kebebasan bagi semua budak di kekaisaran Prancis dalam beberapa tahun. Toussaint Louverture, orang yang memimpin Saint-Domingue, telah memperingatkan Prancis bahwa segala upaya untuk memperkenalkan kembali perbudakan di koloni tersebut pasti akan gagal.

Melalui perjuangan bertahun-tahun, kekerasan brutal dan perang yang dilakukan oleh negara-negara besar, para budak menjadi warga negara di kekaisaran yang telah memperbudak mereka.

"Mereka menjadi pendiri bangsa baru," tulis Dubois dikutip dari laman historiek.net.

Revolusi Haiti menjadi contoh dari apa yang bisa dicapai dan menjadi sumber harapan bagi mereka yang berjuang melawan perbudakan terutama bagi budak di tempat lain di Amerika. Sedangkan bagi para pembela perbudakan, Haiti menjadi contoh dampak buruk kebebasan.

Haiti yang berada di Pulau Hispaniola terisolasi secara ekonomi dan politik menjadi objek penghinaan dan polemik rasis secara terbuka pada abad kesembilan belas. Kebanyakan sejarawan di Eropa dan Amerika Utara mengabaikan revolusi Haiti.

"Revolusi Haiti menjadi contoh dari apa yang bisa dicapai dan menjadi sumber harapan bagi mereka yang berjuang melawan perbudakan," tutur Dubois.

Revolusi dimulai sebagai perlawanan penjajah kulit putih terhadap otoritas kekaisaran Prancis, namun segera menjadi perjuangan untuk kesetaraan ras, dan kemudian perjuangan melawan perbudakan. Para budak yang memberontak pada tahun 1791 mengorganisir diri mereka menjadi kekuatan militer dan politik yang tangguh.

Para budak yang memberontak ini kemudian mengadakan aliansi dengan para budak pemberontak lainnya pada tahun 1793. Mereka menawarkan kebebasan dengan imbalan dukungan militer, yang dengan cepat mengarah pada penghapusan perbudakan di koloni.

Keputusan ini, diambil di Saint-Domingue, diratifikasi di Paris pada tahun 1794. Para budak di seluruh koloni Prancis akhirnya menjadi warga negara Republik Prancis. Peristiwa-peristiwa ini menandai perubahan politik yang paling radikal pada periode revolusi ini. Periode ini juga merupakan perwujudan paling jelas dari gagasan deklarasi hak asasi manusia dan warga negara yang diproklamirkan oleh Perancis pada tahun 1789 dan berkaitan dengan hak-hak universal. Pemberontakan budak di Saint-Domingue pun menyebabkan perluasan kewarganegaraan lintas ras. Jika masyarakat dunia saat ini hidup di dunia di mana sistem demokrasi pada prinsipnya tidak mengecualikan siapapun, maka hal ini sebagian besar disebabkan oleh tindakan para budak di Saint-Domingue yang bersikeras bahwa hak asasi manusia juga merupakan hak mereka. hay/I-1

Baca Juga: