Kemerdekaan Belgia yang terjadi secara mengejutkan, berlangsung ketika gelombang revolusi telah mengguncang daratan Eropa terutama di negara tetangga yaitu Prancis.
Kemerdekaan Belgia yang terjadi secara mengejutkan, berlangsung ketika gelombang revolusi telah mengguncang daratan Eropa terutama di negara tetangga yaitu Prancis.
Pada musim gugur tahun 1830, orang Belgia yang dipimpin oleh Charles Rogier, mengangkat senjata dan mengejutkan para pemimpin Eropa dengan mendeklarasikan kemerdekaan dari Kerajaan Belanda Bersatu pada tanggal 4 Oktober 1830.
Sejarawan Roderick Beaton mengemukakan bahwa banyak pakar sejarah Eropa kala itu menggambarkan beberapa dekade pertama pada tahun 1800 sebagai era revolusi. Salah satu bab yang paling tidak terduga dari era revolusi terjadi pada tahun 1830-1831 dengan Revolusi Belgia.
Pada tahun 1830, Menteri Luar Negeri Prancis, Charles Maurice de Talleyrand, mengklaim bahwa saat itu tidak ada negara Belgia, namun yang ada hanyalah negara Prancis, Fleming atau Belanda dan Jerman.
Namun yang mengejutkan Talleyrand, ribuan orang dimobilisasi tahun itu juga untuk memperjuangkan pengakuan Belgia yang merdeka yang berbeda dari Belanda dan Prancis. Belgia kala itu dikenal sebagai Belanda selatan atau Belanda Austria pada akhir abad kedelapan belas. Dengan demikian, Belgia menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci yang diperintah oleh Dinasti Habsburg di Wina.
Banyak komunitas di Belanda Austria yang makmur selama masa pemerintahan Ratu Maria Theresa dan putranya, Joseph II, pada paruh kedua abad kedelapan belas. Selain itu, beberapa wilayah Belgia saat ini seperti Kota Liège, merupakan entitas terpisah dalam Kekaisaran Romawi Suci.
"Dengan kata lain, hampir tidak ada negara Belgia seperti yang dikenal sekarang pada akhir abad kedelapan belas. Namun, hal ini mulai berubah setelah revolusi melanda negara tetangga Prancis pada tahun 1789," tulis sejarawan Dale Pappas pada laman The Collector.
Terinspirasi oleh Revolusi Prancis, para aktivis Belgia mulai mendorong pemerintahan republik di Belgia yang bersatu. Di Liège, para pemberontak menggulingkan pangeran-uskup yang berkuasa dari kekuasaan dan memproklamasikan republik.
Di wilayah Brabant yang bertetangga di Belanda Austria memberontak terhadap kebijakan sentralisasi Kaisar Joseph II. Tentara pemberontak mengalahkan Austria di Turnhout pada Oktober 1789. Ketika Austria mundur, para pemberontak memproklamasikan negara baru yang disebut Negara-negara Belgia Bersatu (Januari-Desember 1790).
Namun, akademisi Samuel Humes menjelaskan bahwa Negara-negara Belgia Bersatu terpecah antara faksi konservatif dan liberal. Selain itu, Austria kembali dengan kekuatan penuh dan segera merebut kembali wilayah tersebut.
Meskipun demikian, kekuasaan Austria terbukti berumur pendek. Misalnya, antara tahun 1792 dan 1794, Belgia saat ini terombang-ambing antara kendali Austria dan Prancis. Namun, Prancis yang revolusioner memperoleh kendali atas Belgia setelah mengalahkan Austria di Fleurus pada Juni 1794.
Belgia mengalami perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang luas seperti banyak tempat yang ditaklukkan oleh Prancis yang revolusioner atau Napoleon. Sejarawan Michael Rapport mencatat bahwa Prancis mencaplok Belgia pada Oktober 1795.
Napoleon turut memimpin perubahan besar dalam masyarakat Belgia. Sejarawan Alexander Grab menjelaskan bahwa kode hukum yang diterapkan di bawah Napoleon menjadi dasar bagi sistem hukum Belgia berikutnya. Prancis juga mendukung industrialisasi di kawasan tersebut.
"Namun, pemerintahan Prancis tidak sepenuhnya disambut baik oleh penduduknya. Misalnya, banyak yang tidak suka dengan tuntutan keras wajib militer dalam perang Napoleon yang tampaknya seperti tidak berujung," tulis Dale Pappas.
Anggota Koalisi Keenam yang menang melawan Napoleon (termasuk Austria, Inggris, Prussia, dan Russia) berkumpul di Wina pada tahun 1814. Mereka merencanakan masa depan Eropa tanpa Prancis dibawah Napoleon.
Mereka bahkan mengizinkan delegasi Prancis yang mewakili monarki Bourbon yang baru saja dipulihkan untuk bergabung dalam negosiasi di Kongres Wina. Para diplomat dan penguasa yang berkumpul di Wina memiliki tujuan utama yang sama: memastikan tidak ada negara yang akan mendominasi Eropa seperti yang dilakukan Prancis dibawah Napoleon pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, mereka berharap untuk memulihkan keseimbangan kekuasaan.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menciptakan negara penyangga yang substansial antara Prancis dan mantan pesaingnya seperti Austria dan Prussia. Belanda terbukti menjadi salah satu penerima manfaat dari keinginan untuk mendirikan negara penyangga yang lebih kuat di perbatasan Prancis.
Memang, Belanda menerima wilayah yang sekarang disebut Belgia dan menjadi Kerajaan Bersatu Belanda pada tahun 1815. Raja William atau Willem I dari Kerajaan Bersatu Belanda punya alasan untuk optimis pada tahun-tahun awal berdirinya kerajaan tersebut.
Sayangnya Raja William dan istananya tidak berbuat banyak untuk mendapatkan simpati dari mereka yang tinggal di provinsi selatan. Bahkan, Belanda bahkan mengingkari janji untuk mengangkat pejabat administratif senior dari utara dan selatan kerajaan dalam jumlah yang sama.
Pada tahun 1828, kelompok sekuler dan religius dari Selatan yang mendukung reformasi bersatu melawan pemerintahan Raja William I. Masalah ekonomi segera berpadu dengan seruan reformasi ini dan memicu pemberontakan besar-besaran.
Berkuasanya Leopold
Revolusi Belgia dimulai dengan sungguh-sungguh setelah pertunjukan opera Daniel Auber, La Muette de Portici, pada tanggal 25 Agustus 1830. Kerusuhan terjadi di Brussels saat penonton teater bergegas keluar untuk bergabung dengan massa pengunjuk rasa yang semakin besar yang marah dengan pembatasan ketat pada pasokan makanan dan masalah lainnya. hay/I-1