JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, mengangkat isu kesehatan dan ketahanan pangan dalam Pertemuan Menlu Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (AMM) yang diselenggarakan di Phnom Penh, Kamboja, Rabu (3/8).

"Tantangan kesehatan tetap akan ada ke depan. Oleh karena itu, memastikan kesiapan Asean untuk mengatasi tantangan kesehatan saat ini dan di masa mendatang sangat penting artinya," kata Retno dalam keterangan tertulis Kemlu RI.

Seperti dikutip dari Antara, dia mengatakan bahwa mekanisme Asean saat ini harus dipergunakan secara maksimal, termasuk untuk mempercepat operasionalisasi dan menjamin ketersediaan dana untuk Asean Centre for Public Health Emergency and Emerging Diseases (ACPHEED), yang memiliki pilar pencegahan, deteksi, dan respons.

ACPHEED akan memiliki kantor pusat di Indonesia, Thailand, dan Vietnam, dan saat ini modalitas pembentukan ACPHEED di ketiga negara tersebut sedang dibahas.

Selain itu, Menlu Retno memberikan masukan tentang pentingnya Asean memperhatikan isu-isu ketahanan pangan di Asia Tenggara. Menurut dia, mekanisme kawasan untuk lebih memperkuat ketahanan pangan penting untuk diperkuat, khususnya dengan negara-negara Asean Plus Three (Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan).

Ketahanan Pangan

Terkait isu ketahanan pangan, Indonesia telah menyampaikan concept notes mengenai pentingnya memperkuat Asean Plus Three Emergency Rice Reserve Agreement (APTERR) yang mengusulkan peningkatan jumlah stok beras yang dialokasikan dari negara Asean Plus Three serta penambahan jenis komoditas pangan dalam APTERR.

"Mencermati tantangan dunia saat ini, upaya memperkuat kapasitas dan efektivitas institusional Asean sangat penting artinya," tutur Retno. Berkaitan dengan kedua isu tersebut, tugas High Level Task Force (HLTF) on Asean Community Post 2025 Vision menjadi sangat penting.

Sekjen Asean melaporkan HLTF telah melakukan pertemuan sebanyak dua kali dan telah mulai membahas upaya memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan Asean atau "Strengthening Asean's Capacity and Institutional Effectiveness."

Baca Juga: