Untuk menciptakan perdamaian dunia dan mengakhir perang, resolusi PBB menuntut Russia mundur dari Ukraina.

NEW YORK CITY - Majelis Umum Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB), pada Kamis (23/2), mengeluarkan desakan kuat lewat resolusi yang menuntut Russia segera dan tanpa syarat menarik pasukannya dari Ukraina. Itu menandai peringatan satu tahun perang dengan seruan untuk perdamaian yang "adil dan abadi".

Dilansir oleh The Straits Times, Ukraina mendapat dukungan kuat dalam pemungutan suara tidak mengikat yang menghasilkan 141 dari 193 anggota PBB mendukung, tujuh menentang dan 32 termasuk Tiongkok dan India, abstain.

Menjelang peringatan pertama perang, dukungan untuk Kyiv sedikit berubah dari Oktober lalu, ketika 143 negara memilih untuk mengutuk aneksasi yang dinyatakan Russia atas empat wilayah Ukraina.

Pemungutan suara dilakukan setelah dua hari perdebatan di mana Kyiv mendesak masyarakat internasional untuk memilih "antara yang baik dan yang jahat".

Resolusi tersebut menegaskan kembali dukungan untuk "kedaulatan" dan "integritas teritorial" Ukraina, menolak klaim Russia atas bagian negara yang didudukinya.

"Federasi Russia segera, sepenuhnya dan tanpa syarat menarik semua pasukan militernya dari wilayah Ukraina dalam perbatasan yang diakui secara internasional, dan menyerukan penghentian permusuhan," bunyi resolusi itu.

Pemungutan suara menunjukkan kelanjutan isolasi ll Moskwa di panggung dunia setelah 12 bulan perang. Meskipun dukungannya hanya dari segelintir negara, Russia telah menggunakan hak vetonya untuk memblokir setiap mosi yang mengikat terhadapnya di Dewan Keamanan PBB.

Dukungan Kuat

Sebaliknya, Majelis Umum PBB telah mengangkat masalah ini, menunjukkan dukungan kuat untuk Kyiv dalam pemungutan suara berturut-turut.

"Tahun depan, kita tidak boleh bertemu di sini untuk memperingati dua tahun perang agresi yang tidak masuk akal ini," kata Menteri Luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi, dalam debat tersebut.

Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna berkata "Russia dapat dan harus berhenti besok".

"Perang yang dilancarkan oleh Russia ini adalah urusan semua orang karena mengancam keberadaan suatu negara, karena ini mewakili rencana yang mendominasi dan imperialis, dan karena menyangkal keberadaan perbatasan," ungkapnya.

Tetapi Kremlin menolak resolusi tersebut, dengan perwakilan Russia di PBB, Vasily Nebenzya, menyebut Ukraina sebagai "neo-Nazi" dan menuduh Barat mengorbankan negara dan negara berkembang dalam keinginan mereka untuk mengalahkan Russia.

"Negara-negara ini siap menjerumuskan seluruh dunia ke dalam jurang perang untuk mempertahankan hegemoni mereka sendiri," kata Nebenzya.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menolak itu. "Saya ingin menekankannya, perang ini bukan 'masalah Eropa', juga bukan tentang 'Barat versus Russia'," kata Borrell kepada Majelis Umum.

"Tidak, perang ilegal ini menyangkut semua orang, Utara, Selatan, Timur, dan Barat," ujarnya.

Pemungutan suara menunjukkan India dan Tiongkok tidak terpengaruh untuk langsung mengutuk invasi Moskwa, bahkan ketika keduanya mengkritik ancaman Moskwa untuk menyebarkan senjata nuklir dalam konflik tersebut.

Baca Juga: