JAKARTA - Meskipun terapresiasi dalam beberapa waktu belakangan ini, penguatan rupiah diperkirakan masih bersifat terbatas. Sebab, faktor penguatan rupiah terhadap dollar AS cenderung dipengaruhi dampak eksternal, termasuk ketegangan hubungan dagang antara dua raksasa ekonomi di dunia, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, kemarin, mengatakan informasi terbaru bahwa Presiden AS Donald Trump akan menunda pemberlakuan tarif impor terhadap Tiongkok, memberikan harapan kepada pasar. "Meskipun Trump tidak bilang bakal tidak naikin, cuma ditunda, tapi itu menimbulkan ekspektasi pasar kalau negosiasinya berjalan dengan baik," ujar Dini.

Menurut Dini, masalah perang dagang memang sangat sensitif dan berpengaruh terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia. Kabar penundaan pemberlakuan tarif impor oleh Trump tersebut, lanjutnya, sedikit meredakan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global. "Mengingat IMF pernah bilang salah satu penyebab yang membuat "outlook" perlambatan ekonomi global adalah perang dagang.

Ini ada kabar positif, setidaknya itu sedikit mengurangi kekhawatiran," kata Dini. Sepertri diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (25/2), menguat 40 poin dari akhir pekan lalu menjadi 14.018 rupiah per dollar AS.

Ant/E-10

Baca Juga: