WINDER - Seorang remaaja pria bersenjata berusia 14 tahun menewaskan sedikitnya empat orang, termasuk dua siswa, dan melukai sembilan lainnya ketika melepaskan tembakan di sebuah sekolah menengah di negara bagian Georgia, AS, pada hari Rabu (4/9).
Pelaku penembakan yang juga seorang siswa di sekolah tersebut telah ditahan. Ia akan didakwa dengan tuduhan pembunuhan dan diadili sebagai orang dewasa, kata Biro Investigasi Georgia.
Selain siswa, dua guru termasuk di antara yang tewas.
Setelah babak terbaru krisis kekerasan senjata di Amerika -- tahun ini saja hampir 400 kasus penembakan massal, menurut satu penghitungan -- orang-orang berkumpul di lapangan olahraga di luar Sekolah Menengah Atas Apalachee, beberapa membentuk lingkaran dengan tangan saling bertautan.
"Petugas sumber daya sekolah kami mempekerjakannya," kata sheriff daerah Jud Smith kepada wartawan, mengacu pada petugas penegak hukum yang dipekerjakan untuk bekerja di sekolah-sekolah AS.
"Si penembak segera menyadari bahwa jika ia tidak menyerah, maka hal itu akan berakhir dengan OIS -- penembakan yang melibatkan petugas. Ia menyerah, tiarap, dan deputi menahannya."
Rabu malam, FBI mengungkapkan tersangka telah dilaporkan lebih dari setahun lalu atas ancaman akan melakukan penembakan di sekolah.
Pada saat itu kantor sheriff daerah mewawancarai ayah dan tersangka yang saat itu berusia 13 tahun, yang membantah ancaman tersebut, sebelum melaporkan anak tersebut ke pejabat sekolah untuk diawasi.
Smith mengatakan polisi belum mengetahui apakah penembak menargetkan orang tertentu. Pihak berwenang belum mengidentifikasi senjatanya.
Beberapa orang di sekolah awalnya mengira itu hanya latihan menembak biasa, kata seorang siswa kepada AFP, merujuk pada latihan yang umum dilakukan di sekolah-sekolah AS.
"Semua orang mengira itu latihan sampai guru saya mengatakan kami tidak mendapat email," kata Alexsandra Romeo.
"Dia menempatkan kami semua di sudut dan semua orang saling berpelukan, saya melihat beberapa teman saya menangis. Sampai dua petugas polisi datang dengan senjata mereka dan mengatakan kepada kami bahwa ini bukan latihan dan bahwa kami masih belum aman."
Siswa lainnya, Stephanie Folgar yang berusia 17 tahun, menceritakan mendengar "suara ledakan keras" dan para siswa yang panik bersembunyi di kamar mandi dan lemari.
"Menakutkan mengetahui bahwa itu bisa saja terjadi padamu," katanya.
Seorang siswa mengatakan kepada media lokal dia melihat darah di lantai dan sesosok tubuh saat dia dibawa keluar gedung oleh pihak berwenang.
Penembakan terjadi di dekat kota Winder, sekitar 45 mil (70 kilometer) timur laut Atlanta, ibu kota negara bagian.
Sebelumnya, pihak berwenang di sekolah dilaporkan telah mengirim pesan kepada orang tua yang menyatakan bahwa mereka akan memberlakukan "penguncian ketat setelah adanya laporan penembakan."
Setelah tanda-tanda aman diberikan, para orang tua diundang ke sekolah untuk bertemu kembali dengan anak-anak mereka, dengan antrean panjang kendaraan terlihat di luar.
'Epidemi' Kekerasan Senjata
Penembakan di sekolah sering terjadi di Amerika Serikat, di mana sekitar sepertiga orang dewasa memiliki senjata api dan peraturan untuk membeli senapan bergaya militer yang kuat sekalipun masih longgar.
Jajak pendapat menunjukkan mayoritas pemilih mendukung kontrol yang lebih ketat terhadap penggunaan dan pembelian senjata api, tetapi lobi kepemilikan senjata yang kuat menentang pembatasan tambahan dan para legislator telah berulang kali gagal mengambil tindakan.
Presiden AS Joe Biden mengatakan ia berduka atas meninggalnya korban.
"Para siswa di seluruh negeri belajar cara bersembunyi dan berlindung, bukan cara membaca dan menulis. Kita tidak bisa terus menerima ini sebagai hal yang biasa," katanya.
Berbicara di sebuah acara kampanye di New Hampshire setelah penembakan, Wakil Presiden Kamala Harris mengatakan sudah waktunya untuk mengakhiri "epidemi kekerasan senjata."
Calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump mengatakan pelaku penembakan itu adalah "monster yang sakit dan gila."
Tahun ini, setidaknya terjadi 384 penembakan massal -- didefinisikan sebagai penembakan yang melibatkan sedikitnya empat korban, tewas atau terluka -- di seluruh Amerika Serikat, menurut Arsip Kekerasan Senjata.
Setidaknya 11.557 orang tewas dalam kekerasan senjata api tahun ini di Amerika Serikat, menurut GVA.