Lelah dengan rutinitas pekerjaan merupakan risiko yang tidak bisa kita hindari. Itu sebabnya butuh strategi untuk memecah kepenatan guna menjaga produktivitas kinerja Anda.

Bekerja adalah rutinitas wajib yang harus Anda lakukan hampir setiap harinya. Dan Sudah seharusnya juga rutinitas yang menyita sebagian besar waktu Anda itu terus dijalankan, tidak bisa dihindari, apalagi ditinggalkan.

Karena pada hakikatnya bekerja adalah kehidupan, melalui aktivitas ini manusia tumbuh berkembang, baik secara intelektualitas, spiritualitas, emosional atapun dalam lingkup yang sering 'dikejar' oleh banyak orang yaitu meningkatkan kualitas kehidupan.

Sayangnya untuk menggapai itu semua tidak mudah, rintangan dunia kerja yang berubah-ubah membuat orang cenderung mengalami kelelahan, yang menyebabkan stres, produktivitas menurun, mendadak tidak tahu apa yang ingin dikerjakan atau bahkan sulit berfikir.

Kendati demikian saat ditemui di Kafe Dia.Lo.Gue, Kemang, Jakarta, Psikolog Tara Adhisti de Thouars menjelaskan, seseorang yang mengalami lelah dan penat dalam pekerjaannya adalah hal yang normal.

"Ibaratnya otak kita seperti komputer. Kalau kita buka banyak situs kan running (program komputer terus berjalan). Komputer bisa lemot. Meski otak kita canggih, terus menerus berpikir keras, lama-lama akan lelah dan penat,"ujar Tara di sela acara 'Pentingnya Melepas Penat Sejenak di Sela Kesibukan Sehari-hari' yang diinisiasi oleh Vit.

Bagi yang mengalami hal itu, Tara menyarankan agar para pekerja segera mengambil waktu istirahat sejenak, ini penting dilakukan guna menjaga otak Anda mengalami kelelahan. Idealnya, saran Tara waktu beristirahat cukup 5-10 menit. "Waktu itu cukup mengurangi beban kerja dan mengangkat emosi positif. Tapi, setelah itu jangan tidak kerja lagi. Idenya bisa hilang. Jeda sejenak di sela-sela bekerja juga bisa memengaruhi keputusan yang diambil. Keputusan yang diambil akan lebih objektif. Selain itu, jeda sejenak juga dapat memunculkan ide-ide baru, dan di waktu-waktu itu justru Anda akan makin produktif bekerja" tambah Tara.

Dan sebaliknya jika tidak ditanggapi secara serius kepenatan di waktu bekerja, Anda harus bersiap mengalami penurunan kualitas kerja Anda. "Tidak bisa kita elakan lagi kepenatan itu dapat memengaruhi kinerja Anda, menimbulkan stres, memunculkan rasa terbebani, serta meningkatkan emosi negatif," kata Tara.

Cara memanfaatkan waktu istirahat di sela-sela bekerja juga tidak lah rumit, intinya hanya gunakan untuk aktivitas yang ringan dan menyenangkan seperti relaksasi, konsumsi camilan, minum air putih, dan melakukan olah raga ringan," ungkap Tara. Tidak perlu melakukan sesuatu yang besar atau menyita waktu. "Sesederhana menenggak beberapa teguk air minum saja cukup untuk membantu menenangkan diri ketika kita merasa terbebani. Sehingga, pikiran dan emosi kita dapat berfungsi lebih baik untuk melanjutkan tugas sehari-hari. Itulah jeda yang membebaskan," saran Tara.

Perlu diingat pula utamakan mengambil waktu jeda itu di sela-sela pekerjaan. Sebab, momen penting untuk rehat itu terletak di tengah pekerjaan, bukan di akhir pekerjaan. Menurut Tara sejauh ini masih banyak orang yang salah kaprah soal waktu jeda beristirahat tersebut. Banyak orang justru mengambil waktu istirahat setelah selesai mengerjakan sesuatu. Padahal manfaat dari istitahat sejenak ialah saat melakukan di sela kegiatan.

"Ketika mau beristirahat para pekerja banyak yang menunda-nunda, 'ah tunggu kerjaan selesai ah', setelah itu baru relaksasi, minum, pijat dan lain sebagainya. Padahal momen pentingnya bukan setelah, tapi 'disela-sela' pekerjaan," tegas Tara.ima/R-1

Usia Produktif Rentan

Kemudian usia yang rentan terserang kepenatan bekerja adalah mereka yang berada di usia-usia produktif. Periode usia 20 hingga 29 tahun dianggap sebagai masa paling produktif dan paling berenergi dari diri pekerja muda.

Pada rentang usia tersebut yang kerap disebut sebagai periode dewasa muda seseorang mulai mencoba mengejar cita-cita dan ambisinya. Mulai dari persoalan-persoalan personal, seperti jodoh dan pasangan hidup, hingga mengejar karier dan pekerjaan.

Tak sampai di situ di periode tersebut seseorang juga cenderung mulai merasa terbebani oleh berbagai tuntutan, entah itu tuntutan untuk lebih dewasa, untuk lebih mandiri, dan diharapkan mulai bisa mengambil keputusan-keputusan penting di dalam hidupnya. Tidak jarang, tingginya tuntutan dan tantangan pada periode ini membuat pekerja muda tambah kewalahan dan kelelahan, baik secara fisik ataupun mental.

Di satu sisi apa yang dilakukan pekerja muda tersebut sangat positif, tapi di sisi lain masa dewasa muda adalah waktu yang tepat menjaga kesehatan mental dan fisiknya. "Karena kalau tidak bisa dijaga kesehatan mental dan fisiknya, maka Anda tidak bisa produktif. Masa-masa dewasa muda ini memang masa paling berenergi dan punya banyak tantangan. Tapi di sisi lain, pada masa ini, orang rentan sekali memiliki kepenatan dan banyak tekanan serta stres,"ujarnya.

Itu sebabnya Tara mengimbau agar pekerja muda bisa lebih rileks menghadapi tantangan dunia kerja, ini penting dilakukan karena berdasarkan studi yang dimuat jurnal psikologi dan psikiatri, JAMA Network, istirahat sejenak penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. "Yang pada akhirnya, kembali lagi pada istirahat sejenak di sela-sela pekerjaan agar bisa terus produktif," tandas Tara.ima/R-1

Baca Juga: