Reformasi struktural perekonomian Indonesia bisa memberikan bantalan terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar dan masih belum stabil.

JAKARTA - Konsumsi domestik diperkirakan masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini di tengah prospek pelemahan kinerja ekspor lantaran tekanan inflasi yang mulai menunjukkan tanda-tanda mengendur. Meski demikian, kinerja konsumsi diperkirakan belum sekuat pada periode sebelum pandemi Covid-19.

Kepala Ekonom Citi Indonesia, Helmi Arman, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan melampaui 5 persen. "Sebelumnya, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5 persen atau lebih rendah dari 5 persen. Sekarang kami yakin pertumbuhan ekonomi akan berada di atas 5 persen," kata Helmi, di Jakarta, Senin (15/5).

Menurut Helmi, optimisme tersebut berangkat dari reformasi struktural perekonomian yang dilakukan oleh Indonesia. Dia menjelaskan reformasi struktural perekonomian Indonesia bisa memberikan bantalan terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar dan masih belum stabil.

Hal itu tecermin pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2023 yang mencapai 5,03 persen. Helmi menyoroti peranan ekspor yang menjadi salah satu faktor penguat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor tumbuh sebesar 11,68 persen, menjadi komponen pengeluaran yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada kuartal I-2023. Penguatan kinerja ekspor utamanya didorong oleh peningkatan bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan atau nabati, serta besi dan baja.

"Memang ekspor kita di sejumlah sektor menghadapi tantangan karena perekonomian dunia pertumbuhannya menurun. Namun, berkat reformasi struktural di negara kita yang terus berjalan, ini memberikan bantalan terhadap penurunan ekspor di sektor-sektor lain," jelas Helmi.

Selain ekspor, penopang utama pertumbuhan ekonomi lainnya adalah konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan sebesar 4,54 persen. Helmi mengatakan capaian tersebut memang belum menyamai angka sebelum pandemi, namun dia melihat potensi peningkatan permintaan domestik ke depannya.

"Kami melihat permintaan domestik masih berpotensi memberikan daya dorong, karena inflasi momentumnya sudah mulai menurun sejak beberapa bulan lalu, tentunya ini seiring dengan penurunan harga komoditas dunia," ujar Helmi.

Di samping inflasi, Helmi melihat sektor pariwisata juga akan menjadi pendongkrak kinerja permintaan domestik dalam waktu dekat.

Perkuat Optimisme

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh baik di tengah kondisi ekonomi global yang menantang saat ini. Menurutnya, Indonesia termasuk negara keempat dengan penduduk terpadat di dunia dan sepuluh ekonomi terbesar dengan pertumbuhan sektor e-commerce tercepat setelah Vietnam.

Keberhasilan penanganan Covid-19 tidak hanya memberikan kepercayaan diri, tetapi juga percepatan momentum pemulihan ekonomi di mana Indonesia mencatat enam triwulan berturut-turut dengan pertumbuhan di atas 5 persen. Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,31 persen sepanjang tahun 2022, dan pada kuartal I-2023 sebesar 5,03 persen.

Menurut Menkeu, hal itu merupakan pencapaian luar biasa di tengah ekonomi global yang sedang menghadapi pelemahan.

Baca Juga: