Lebaran menjadi momentum bagi umat Islam untuk mudik atau pulang kampung. Tradisi mudik Lebaran untuk berkumpul bersama keluarga tidak tergantikan meski dengan beragam alat komunikasi yang semakin canggih. Orang-orang rela antre, berdesak-desakan, serta macet panjang demi bisa melaksanakan mudik dan berkumpul bersama keluarga saat Lebaran.
Mudik masyarakat Indonesia dalam jumlah besar pada waktu yang hampir bersamaan ini selalu menimbulkan kemacetan di sejumlah ruas jalan. Untuk mengatasi kemacetan tersebut, pemerintah, khususnya jajaran kepolisian, terus berusaha untuk mengatasinya semaksimal mungkin dengan berbagai cara.
Untuk mengetahui apa saja yang telah dan akan dilakukan jajaran kepolisian dalam mengatasi kemacetan yang mungkin terjadi pada arus mudik dan balik pada tahun 2019, wartawan Koran Jakarta, Yolanda Permata Putri Syahtanjung berkesempatan mewawancarai Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol Refdi Andri, di Jakarta, Kamis (16/5). Berikut petikan selengkapnya.
Apa saja yang dilakukan Polri untuk mengatasi kemacetan saat arus mudik dan balik tahun 2019?
Kami menggelar Operasi Ketupat. Operasi ini berlangsung sejak Rabu (29/5) dan berakhir Senin (10/6) atau selama 13 hari. Kami mengacu dan melihat apa yang terjadi di tahun 2018, khususnya puncak arus mudik, ada pada H-3. Nah, H-3 ini kalau dilihat dengan Hari Raya tahun ini yang jatuh pada Rabu (5/6) dan Kamis (6/6) maka puncak arus mudik kira-kira akan terjadi pada Sabtu (1/6) dan Minggu (2/6). Itu puncaknya.
Pada saat arus balik waktunya sangat singkat. Setelah Hari Raya itu ada waktu pada saat balik tiga hari, yaitu Jumat (7/6) hingga Minggu (9/6). Mudah-mudahan dengan pelaksanaan Operasi Ketupat sampai Senin (10/6), kami bisa mengatasi kemacetan. Saya kira semua optimalisasi pengaturan ini bisa dilakukan dengan sangat baik.
Prediksi pemudik tahun 2019 meningkat atau menurun?
Estimasi kami, masyarakat yang akan mudik nanti justru meningkat 30 sampai 40 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Justru itu, ruas tol dan non-tol menjadi perhatian khsusus kami.
Bagaimana dengan prediksi angkutan atau kendaraan yang digunakan masyarakat pada arus mudik 2019?
Prediksinya, penggunaan mobil pribadi naik 28,9 persen atau 1.075.086 kendaraan roda empat; bus ekonomi naik 16,1 persen atau 79.735 bus; bus eksekutif naik 13,9 persen atau 68.920 kendaraan. Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memanfaatkan fasilitas angkutan umum sebagai sarana mudik pada perayaan Idul Fitri 2019, seperti kereta api, bus eksekutif, dan transportasi laut.
Prediksi meningkat atau menurun penggunaan roda dua untuk mudik?
Mudah-mudahan menurun, harapan kami menurun. Karena memang banyak sarana prasarana yang sudah disiapkan oleh berbagai pihak, swasta dan BUMN seperti mudik bareng, dengan segala fasilitas dan kelengkapannya. Mudah-mudahan juga bisa dinikmati oleh masyarakat.
Kebijakan apa yang diberlakukan pada Operasi Ketupat 2019?
Kami sudah menyepakati bahwa nanti diberlakukan one way atau satu arah, khsusunya untuk arus mudik dan arus balik. Kami akan berlakukan pada Kamis (30/5) hingga Minggu (2/6) pada saat arus mudik. Kemudian pada saat arus baliknya, akan kami berlakukan pada Jumat (7/6) hingga Minggu (9/6).
Di mana sistem one way atau satu arah itu akan diberlakukan?
Pergerakan pada saat arus mudik, kami akan berlakukan mulai dari KM 25 Cibitung, setidak-tidaknya bergerak sampai Tol Cikarang Utama KM 29. Di sana sudah full diberlakukan one way, sampai KM 263 Tol Brebes Timur. Kemudian pada saat baliknya, kami akan berlakukan selama tiga hari, pada Jumat (7/6) hingga Minggu (9/6). Kami berlakukan mulai dari KM 189 Tol Palimanan sampai Tol Cikarang Utama KM 29.
Ini sudah kami lakukan simulasi. Kemarin, kami sudah melakukan simulasi dengan perangkat-perangkat dan unsur-unsur yang ada di kewilayahan, khususnya para Ditlantas Polda Metro Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kemudian, para Kapolres dan para Kasatlantas yang wilayahnya dilewati.
Kalau kami melihat bagaimana kondisi jalan jalur utara maka pada jalur itu sangat memadai untuk dilewati kendaraan kalau nanti kami memberlakukan one way pada ruas tertentu, KM tertentu. Sehingga pergerakan dari Jawa Tengah menuju Jakarta atau Jawa Barat itu juga bisa memanfaatkan jalan yang ada di sebelah utara itu.
Sistem one way itu 24 jam?
Rencana kami itu 24 jam. Pada saat transisi kami juga memerlukan banyak waktu, tapi bagaimanapun tentu akan melihat situasi di lapangan dan kenyataan-kenyataan di lapangan.
Bagaimana Polri mengantisipasi penumpukan pemudik di rest area?
Memang yang kami manfaatkan adalah rest area dua-duanya (pada saat one way). Artinya, pada jalur B memanfaatkan rest area itu. Demikian juga dengan jalur A sama. Itu dua-duanya dimanfaatkan.
Lalu, bagaimana pengaturannya?
Tentu kami berikan pemahaman kepada masyarakat. Semua fasilitas yang ada di rest area tentu bisa digunakan masyarakat yang ingin istirahat, singgah, dan melakukan sesuatu di sana. Mudah-mudahan mereka tidak berlama-lama di rest area.
Kami sampaikan kepada masyarakat, pada rest area tertentu khususnya tipe A, di sana disiapkan bahan bakar. Kami harapkan masyarakat mengisi bahan bakar pada titik pangkal pergerakan. Tidak berharap pada rest area untuk mengisi bahan bakar. Kemudian, bahu jalan pada kedua lajur atau jalur ini betul-betul bisa kami manfaatkan untuk pergerakan lalu lintas.
Yang sangat kami antisipasi adalah pada saat kilometer berapa dilakukan one way. Termasuk nanti pengalihan arusnya, pada arah berlawanan. Ini menjadi sangat penting. Demikian juga pada saat akhir kami melakukan one way itu. Tentu titik-titik pengalihan itu semua menjadi perhatian kami.
Kebijakan apa untuk mengatasi Tol Cikampek yang langganan macet?
Memang kalau kami melihat pada saat ini, Cikampek sangat padat. Banyak sekali faktor yang memperngaruhi, ada empat pekerjaan besar di situ dan masih berlangsung. Ada pembangunan Tol Jakampek Elevated, kereta api cepat Jakarta-Bandung, LRT, dan pembangunan Tol Cibitung-Cilincing.
Kemudian, ada beberapa pekerjaan perbaikan jalan, ada mobil-mobil besar atau golongan dua ke atas sampai lima bergerak pada ruas itu. Saya kira dengan adanya sejumlah kebijakan akan membuat arus mudik dan baik relatif lancar.
Pekerjaan pada ruas jalan itu akan dihentikan 10 hari sebelum Hari Raya. Perbaikan jalan pun akan dihentikan 10 hari sebelum Hari Raya. Pembatasan mobil barang akan diberlakukan pada Kamis (30/5) hingga Minggu (2/6), demikian juga pada Jumat (7/6) hingga Minggu (9/6). Mudah-mudahan pergerakan yang kami rencanakan ini betul-betul sesuai dengan yang diharapkan.
Berapa banyak personel yang akan dikerahkan untuk Operasi Ketupat 2019?
Kami menyiapkan personel untuk Operasi Ketupat 2019 sebanyak 182 ribu, tersebar dari Sabang sampai Marauke di seluruh Indonesia. Kemudian dari jumlah 182 ribu itu, 60 persen kekuatannya ada di Pulau Jawa, sementara 20 persen ada di Pulau Sumatera, dan 20 persen ada di Indonesia bagian timur sampai tengah.
Kekuatan yang kami atur itu bukan secara otomatis, tetapi memang di hadapkan pada jumlah penduduk kita. Setelah kami mengamati dan mencermati, dilakukan analisa dan evaluasi, ternyata jumlah penduduk Indonesia itu 60 persen ada di Jawa, 20 persen ada di Sumatera, dan 20 persen ada di Indonesia bagian tengah sampai timur.
CCTV untuk monitor jalan tol?
Pada saat jalan tol dioperasikan, itu sudah ada CCTV-nya, pada ruas-ruas tertentu dan kilometer-kilometer tertentu. Setiap dua KM itu ada CCTV, apa pun bisa dimonitor yang sifatnya anomali, bahkan sudah ada CCTV yang analitik kemampuannya.
Yang anomali akan melaporkan apapun ke posko kami. Katakanlah kalau terjadi kecelakaan lalu lintas atau kendaraan yang berhenti tidak pada tempatnya, ini akan melaporkan kepada posko kami yang berdekatan. Kemudian pos-pos kami akan terhubung agar bisa melakukan komunikasi-komunikasi satu tempat dengan tempat lain, termasuk yang ada di Sumatera.
Bagaimana dengan pemudik yang melewati ruas non-tol?
Permasalahan bagi pemudik yang melewati ruas non-tol tidak bisa dihindari akan menghadapi berbagai masalah. Seperti perlintasan sebidang kereta api, pasar tumpah, perbaikan jalan, sumbangan dan pengemis, serta bencana alam.
Kondisi jalan di ruas non-tol bagaimana?
Ruas non-tol ini kondisinya baik dan memadai. Di jalur pantura ada dua jalur, masing-masing jalur itu juga ada dua lajur. Sehingga pembatasan pada median antara dua jalan itu sudah memadai. Rambu-rambu sudah baik, marka jalan sangat baik, dan penerangan jalan memadai. Anggota kami cukup di lapangan. Menurut saya, tidak ada hambatan jika ada kendaraan melintas di situ.
Tahun 2018 disebut salah satu mudik sukses, Anda optimistis di 2019 akan mengulangi hal yang sama?
Tentu menurut saya, apa yang sudah baik di tahun 2018, akan menjadikan kami lebih baik di tahun ini. Yang pertama sarana prasarananya menjadi lebih baik. Informasinya sudah diberikan lebih awal. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan disosialisasikan kepada masyarakat. Ruas-ruas jalan arteri utara dan selatan, dan lain-lain lebih sempurna dan baik. Kami akan menambah personel di lapangan.
Imbauan untuk pemudik 2019?
Saya mengimbau, rencanakan perjalanan itu dengan sangat baik. Artinya waktunya dikelola, jaraknya, kemungkinan halangan-halangannya, dan waktu tempuhnya diketahui. Persiapkan kesehatan dengan sangat baik, demikian juga kendaraan yang digunakan. Pastikan kendaraan yang digunakan memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan, lengkap dengan segala peralatan dan perlengkapannya.
Saat mengendarai kendaraan, harus lengkap dengan segala dokumen, seperti SIM, STNK, dan lain-lain. Pada saat berkendara, pastikan tangki bahan bakar dalam keadaan penuh, mulai dari titik pangkal perjalanan. Pengisian bahan bakar untuk perjalanan adalah hal yang sangat diperlukan maka pengisian bahan bakar ini menjadi sangat penting.
Saat melewati ruas tol, pastikan betul saldo kartu elektronik memadai. Jangan sampai tidak cukup karena pergerakan panjang dan jauh sehingga butuh saldo yang banyak. Mengemudilah pada kondisi prima. Saat mengantuk, silahkan istirahat. Jika sudah pulih kondisinya, silahkan melanjutkan perjalanan.
N-3