Intelijen Inggris mengatakan pasukan Ukraina berhasil memukul mundur beberapa serangan yang dilakukan Rusia di wilayah Timur Ukriana.

Saat ini, pasukan Rusia juga telah meninggalkan upaya mereka untuk merebut ibu kota Kyiv. Namun, Kementerian Pertahanan Inggris menyebut penembakan Rusia berlanjut di wilayah Donetsk dan Luhansk.

Dengan begitu, setidaknya pasukan Ukraina telah memukul mundur beberapa serangan dan menghancurkan tank, kendaraan, dan peralatan artileri Rusia, dalam buletin intelijen reguler.

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan, pasukan Rusia tengah berkumpul untuk menyiapkan serangan baru. Pasukan Rusia mendorong untuk membangun kendali atas kota pelabuhan selatan Mariupol, yang menjadi penghubung antara wilayah yang dikuasai Rusia di Barat dan Timur.

"Ada puluhan ribu orang tewas, tetapi meskipun demikian, Rusia tidak menghentikan serangan mereka," kata Zelensky kepada parlemen Korea Selatan melalui tautan video, dikutip dari Reuters,Selasa (12/4). Namun, hal tersebut belum bisa diverifikasi keakuratan perkiraannya.

Sebagai informasi, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina belum juga usai. Rusia mulai melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.

Adapun serangan yang dilakukan Rusia memicu berbagai kecaman berbagai negara, terutama negara Barat. Tak hanya itu, serangan Rusia juga mengakibatkan kota-kota di Ukraina menjadi puing-puing, serta ribuan orang tewas dan terluka.

Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut setidaknya terdapat 4,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina. Ini terhitung sejak perang meledak di Ukraina sekitar sebulan lalu.

Menurut laporan Al Jazeera, PBB mengatakan ada sekitar 2,5 juta pengungsi Ukraina menuju Polandia. Selain itu, 600 ribu orang mengungsi ke Rumania dan sekitar 420 ribu orang lainnya ke Hungaria.

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah Austria mengatakan, Kanselir Austria Karl Nehammer akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Senin (11/4).

"Saya akan bertemu Vladimir Putin di Moskow besok," kata Nehammer melalui Twitter, dikutip Senin (11/4).

Seperti diketahui, pertemuan tersebut menjadi yang pertama kalinya berlangsung antara Putin dan seorang pemimpin negara anggota Uni Eropa sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Nehammer mengakui pihaknya memiliki sikap terkait perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Menurutnya, hal tersebut perlu dihentikan segera mungkin.

"Kami netral secara militer, tapi (punya) sikap jelas atas perang agresi Rusia terhadap #Ukraina," tulis Nehammer.

"Harus dihentikan! Perlu ada koridor kemanusiaan, gencatan senjata, dan penyelidikan menyeluruh terhadap kejahatan perang," lanjutnya.

Baca Juga: