Brompton, sepeda lipat terkenal asal Inggris ini memiliki edisi spesial, CHPT3. Yang merupakan hasil kerja sama Brompton dan David Millar, mantan pembalap profesional di arena Worldtour.

Di Indonesia, banyak penggemar sepeda lipat CHPT3 dan mereka membentuk klub sendiri dengan nama Brompchpt3rs Indonesia. Usia komunitas dan klub ini sudah satu tahun. Dan untuk memperingati ulang tahun pertama, mereka mengadakan ride dari Jakarta menuju Bogor. Even ini bertajuk Brompchpt3rs Indonesia 1st Anniversary Ride - Part 1 "Bogor Birthday Getaway".

Ardra Teja B., salah satu founder Brompchpt3rs Indonesia ingin konsep acara ulang tahun ini berbau cycling jadi fokus pada bersepedanya. "Tidak jauh hanya 43 km dan mengambil start dari Cilandak Townsquare Jakarta lalu finis di Lemongrass Resto Bogor," bilang Ardra.

Meskipun jarak tidak terlalu jauh, tetapi karena sifatnya adalah fun dan mempertimbangkan kemampuan anggota yang tidak semuanya sama. Maka dibagi menjadi tiga pitstop. Ardra juga mewadahi para penggila kecepatan. Maka 5 km sebelum finis disediakan speed zone. Selanjutnya, silahkan kebut-kebutan menuju Lemongrass Resto.

Dikutip dari mainsepeda. com, acara yang digalang dari anggota untuk anggota ini tidak melibatkan sponsor. Jadi peserta diwajibkan membeli jersey dan cycling cap seharga 575 ribu rupiah (termasuk paket full support ride, dokumentasi, doorprize, dan makan siang). Dana dari situ dikelola untuk membuat acara ulang tahun ini semeriah mungkin.

"Sengaja jersey dan cycling cap dibuat berkualias dan berkolaborasi dengan BOGI dengan desain edisi khusus first anniversary biar bisa jadi kenang-kenangan," imbuh Ardra yang turut mengonsep acara ini hanya dalam tiga minggu saja.

Uniknya, meskipun 80 cyclist membeli jersey dan cycling cap ini, tapi banyak juga yang membeli tapi tidak ikut evennya. "Mereka hanya mau sebagai memorabilia. Dan banyak dari anggota kami yang tidak di Jakarta. Jadi mereka menyumbang demi kesuksesan ulang tahun pertama kami," jelas Ardra.

Acara kian meriah, banyak anggota Brompchpt3rs Indonesia yang menyumbangkan barang-barang untuk jadi doorprize.

Mayoritas doorprize adalah aksesori produk orisinil dari CHPT3. Ada lebih dari 10 member yang memberikan hadiah. Juga dari komunitas lain seperti Brow, BPJSTK, Spinwarriors, Ryan, dan BOGI. Sepeda2Roda dan Hotel Santika turut memberikan sponsor berupa hadiah doorprize.

"Grand prize adalah helm POC CHPT3 Edition sumbangan dari om Ramdanus. Barang berharga ini berhasil dimenangkan oleh Asep Sule setelah bersaing dengan lima cyclist lain dalam lomba adu cepat membuka lipatan Brompton," kata Ardra.

Mayoritas peserta Brompchpt3rs Indonesia 1st Anniversary Ride ini sangat puas. "Ride nanjaknya oke tapi peloton tetap stabil dan teratur," puji Anang NT. Malah, Rubianto menantang panitia untuk membuat even serupa 10 kalipun Rubianto akan ikut karena puas dengan acara pertama ini. Acara ini turut mengundang perwakilan komunitas Brompton Bogor "Bromptenzorg" selaku tuan rumah. yun/E-6

Sydney Indo Cycling Jadi Pemersatu Perantauan

Bersepeda bisa menyatukan sesama warga perantauan. Hidup di Sydney, Australia membuat 9 cyclist asal Indonesia ini gowes bersama. "Kita kompak berkomitmen untuk hidup sehat, kebetulan kami tinggal di daerah yang sama, eastern suburb," bilang David Saputra.

Dia bersama Budy Lukman, Daniel Sutanto, Henry Lukman, Alex Wibowo, Handy Christian, Lucas Kurniadjaja, Tommy Sutrisno, dan Franklin Tjhin membentuk klub sepeda bernama Sydney Indo Cycling Group (SICG).

"Awalnya kami bersembilan ini. Sekarang sudah mencapai 66 cyclist yang bergabung dengan kami," bilang David. Kebanyakan mereka dikenal dari mulut ke mulut. Atau berkenalan lewat Strava club dan Facebook.

Menurut David, SICG adalah satu-satunya klub sepeda di Sydney yang terbuka untuk orang indo umum jadi tidak eksklusif. "Mungkin ada beberapa grup sepeda lain yang anggotanya cyclist Indo juga tapi member mereka kurang dari 10 orang," imbuhnya.

Secara konsisten, SICG rutin mengadakan gowes mingguan di hari Sabtu atau Minggu. Start jam 6 pagi dengan jarak sekitar 50-100 km. "Tikumnya bisa di TAB Kingsford atau Centennial Park Fox Studio gate," bilang David.

Di luar itu, SICG juga kerap gowes bersama bule-bule lokal dari grup Pedal Mafia. Biasanya kebut-kebutan di Cape Solander atau Kurnell. Atau gowes climbing ke Eastern beach, Zoo, Bobbin head, Westhead, Akuna, atau 3 Gorges.

"Kadang gradiennya lumayan ekstrem. Di Arden street, Coogee ada yang hingga 15 persen," imbuh Andre Djojo yang merupakan salah satu anggota Pedal Mafia. Andre-lah yang membawa SICG gowes bersama Pedal Mafia. "Anggotanya masih muda sekitar 20-30an tahun jadi mayoritas dari mereka sangat kuat gowesnya," bilangnya.

Andre adalah anggota yang terkuat dari grup SICG dan kerap "menarik" peloton saat riding mingguan. Andre juga tidak pelit ilmu, sering sharing bagaimana latihan yang efektif untuk meningkatkan performa.

Selain Andre, ada Handy Christian, juga anggota SICG yang sering memberi semangat temannya untuk gowes lebih serius agar performa meningkat. "Kecepatan rata-rata anggot SICG tahun lalu kira-kira 21-24 kmh. Tapi sekarang bisa mencapai 28-34 kmh," bilang Handy.

Sesuai dengan misi awal bahwa SICG tidak mau eksklusif, maka SICG juga mengikuti even seperti Spring Cycle, MS Gong, Bowral, dan Orange.

Tak melulu harus grup ride, SICG juga siap menemani cyclist asal Indonesia yang datang sendirian berlibur untuk gowes bersama mereka. yun/E-6

Impikan Turing Gowes di India

Awas! Bersepeda bisa membuat adrenalin tertantang untuk lebih jauh dan lebih jauh lagi! Seperti yang dialami oleh Endy Anitiyarsa. Cyclist asal Jakarta Timur ini awalnya tidak ada niat bersepeda.

Karena mengantarkan orang tuanya membeli sepeda tahun 2010, Endy jadi tergiur salah satu sepeda lipat merek Dahon Speed P8. Setelah membelinya, Endy gowes bike to work (B2W) dan menemukan kenyamanan bisa menerobos macet parah khas Jakarta.

"Gowes pulang dari kantor, sampai rumah bisa lebih fresh. Beda apabila saya pulang dengan mobil, rasanya masih kepikiran kerjaan kantor," tutur Endot, sapaan akrabnya. Menurut dia, selain sebagai sarana transportasi, sepeda juga alat untuk refreshing dan hiburan. Endot kerap menyebut turing jarak jauh yang sering dilakoni itu sebagai "tamasya".

"Biar kesannya tidak serius dan banyak fun-nya. Pada dasarnya saya suka keindahan alam jadi dengan bersepeda saya bisa mengeksplor lebih dekat," bilangnya.

Selain itu, di atas sadel sepeda lipat-nya itu, Endot bisa "retret" karena sepi sendirian apalagi jika gowes malam. "Di saat-saat itu saya bisa introspeksi diri, merenung atas apa yang telah saya kerjakan dan merencanakan sesuatu untuk masa depan," tukasnya.

Dikutip dari mainsepeda. com, Sebetulnya Endot tidak sengaja bertemu dengan teman-teman Surabaya saat bersepeda di Bali. Dari situ, Endot menjalani "tamasya" pertamanya dari Surabaya- Blitar-Malang-Surabaya di tahun 2012. "Saya kurang puas, sendirian saya melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman, Klaten," bilangnya.

Uniknya, Endot tidak pernah menggunakan road bike atau mountain bike. Perjalanan panjangnya selalu menggunakan sepeda lipat. Pilihannya, Dahon Speed P8, Brompton S-Type dengan 3 speed external dan mountain drive di depan, atau Bike Friday NWT.

Buat dirinya sepeda lipat itu simpel. Tinggal lipat, kempesin ban, dan bungkus plastic wrapping di bandara. Beres! "Sedikit susahnya terasa saat gowes menanjak, harus lebih sabar bila menggunakan sepeda lipat," tuturnya.

Rute "tamasya" Endot termasuk spektakuler. Gowes Bekasi-Jogja 500 km dalam 3 hari pada 2018, gowes Jogja- Malang 330 km dalam 3 hari di akhir Juli 2019. Gowes Audax 200 km, 300 km, 400 km, dan 600 km semuanya sudah dijalani pada 2019 ini juga.

Seringnya, Endot menjalani "tamasya" ini bersama kawankawan dari Broder (Brompton Rider Bekasi). Rute Gorontalo- Manado 400 km dijalani juga selama empat hari di tahun 2016 dengan elevasi total 5.450 meter.

Jakarta-Lombok sejauh 1.300 km sudah pula dilakoni tahun 2016 dalam waktu 7 hari. Bahkan sejak 2013, mudik kala lebaran tidak lagi pakai kendaraan. Tapi gowes Jakarta - Klaten selama 3 hari dengan jarak 550 km!

"Saya pernah jalani jelajah 5 danau di Sumatera Barat yaitu Maninjau, Singkarak, Danau Atas, Danau Bawah, dan Kerinci di tahun 2018," bangga Endot yang juga pernah gowes dari Kupang ke Atambua di tahun 2017.

Paling "gila" adalah "tamasya" Endot dari Jakarta ke Surabaya via jalur pantura. "Jakarta Klaten 3 hari 550 km. Istirahat dulu di Klaten selama dua hari. Lanjut Wonogiri, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, finis Surabaya selama 2 hari sejauh 420 km," jelas Endot.

Saat turing itu, Endot selalu merasa "dicintai dan dibenci". Dicintai karena banyak pengendara mobil atau motor yang berbagi bekal makanan kepadanya. "Waktu gowes Jakarta - Surabaya saya pernah dapat bir dari sopir truk. Lalu di Pacitan dapat snack dan minuman dari pengendara motor," bangganya.

Endot masih punya anganangan yaitu gowes dari Manali ke Khardung La di India. "itu sekitar 500 km dengan elevasi dari 2.000 meter naik hingga 5.313 meter!" tutupnya.

Hanya saja, kadang Endot merasa miris karena keberadaannya sebagai cyclist kurang dihargai. Kerap dipepet kendaraan dan pernah hingga harus turun keluar dari aspal agar tidak bertabrakan. yun/E-6

Baca Juga: