JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan rentan terkoreksi pada awal pekan ini. Sentimen eksternal dan internal bakal mempengaruhi pergerakan IHSG, mulai dari pembagian dividen dan pengetatan moneter Amerika Serikat (AS) hingga dinamika konflik Russia dan Ukraina.

Equity Analyst Kana Hita Solvera William Wibowo melihat dalam dua hari terakhir pekan lalu, penguatan IHSG secara teknikal makin terbatas. Sedangkan dalam perdagangan, Senin (6/6), IHSG diperkirakan bergerak di level support 6.950 dan resistance pada level 7.250 dengan kecenderungan terkoreksi.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (3/6) sore, ditutup menguat, dipimpin saham-saham dari sektor energi. IHSG ditutup 34,24 poin atau 0,48 persen ke posisi 7.182,96. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,64 poin atau 0,35 persen ke posisi 1.043,54.

"IHSG bergerak sejalan dengan indeks bursa regional Asia yang mayoritas menguat seiring respon pelaku pasar mencermati rilis data penunjang ekonomi makro," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta.

Pelaku pasar menanti rilis data pekerjaan Amerika Serikat (AS) termasuk non-farm payrolls yang akan dirilis hari ini waktu AS. Sementara dari dalam negeri, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus aktif COVID-19 terendah di kawasan Asia Tenggara.

Dengan tren yang melandai, tentunya memberikan peluang ekonomi nasional akan terus berakselerasi dalam pemulihan ekonomi yang lebih baik. Mobilitas masyarakat yang ditunjang oleh konsumsi masyarakat akan semakin kuat dan aktivitas bisnis mulai pulih, sehingga ekonomi nasional dapat tumbuh lebih baik ke depannya.

Dibuka menguat, IHSG terus bergerak di zona hijau hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah berada di teritori positif sampai penutupan perdagangan bursa saham.

Baca Juga: