JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan pelemahan jelang libur panjang akhir pekan. Pergerakan IHSG diperkirakan masih dipengaruhi sentimen global.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyatakan penurunan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menandakan akan adanya pelemahan ekonomi di Negeri Paman Sam. Kondisi tersebut dapat memicu kekhawatiran pelaku pasar.

Karenanya, Herditya memperkirakan, secara teknikal pergerakan IHSG masih rawan melanjutkan koreksi. Dia memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Kamis (6/4), bergerak di area support di 6.781 dan resistance di 6.868.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/4) sore, ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor teknologi. IHSG ditutup melemah 13, 51 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.819,6. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 2,44 poin atau 0,26 persen ke posisi 940,6.

"Indeks IHSG menguat sementara bursa regional Asia cenderung bergerak mixed (variatif), yang tampaknya pasar merespon sehubungan dari IMF yang menyampaikan bahwa krisis perbankan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa berpotensi menyebar ke lembaga non bank," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Menyebarnya krisis perbankan menjadi penilaian pasar terkait implikasi krisis berdampak pada lembaga non bank, yang mana pasar khawatir akan berdampak terhadap risiko keuangan yang lebih luas, mengingat lembaga non bank yang asetnya yang terhubung dengan sektor perbankan.

Selain itu, Departemen Ketenagakerjaan AS merilis JOLTS Job Openings turun yang mengindikasikan bahwa rekrutmen pekerja tumbuh melambat, sehingga akan memberikan dampak terhadap perekonomian AS.

Dari dalam negeri, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9 persen year on year (yoy) pada 2023, dari sebelumnya 4,8 persen, yang berpotensi akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke fase transisi negara menengah atas.

Baca Juga: