Lanskap alam Rawa Danau yang memukau menawarkan perpaduan rawa, danau, dan hutan pegunungan.  Tempat ini berstatus cagar alam karena memiliki peran ekologis yang penting bagi lingkungan di sekitarnya.  

Lanskap alam Rawa Danau yang memukau menawarkan perpaduan rawa, danau, dan hutan pegunungan. Tempat ini berstatus cagar alam karena memiliki peran ekologis yang penting bagi lingkungan di sekitarnya.

Serang memiliki wilayah yang menarik dari sudut pandang geologi dan konservasi yang disebut dengan Rawa Danau. Bentang alamnya berupa cekungan yang dikelilingi oleh perbukitan dengan ketinggian antara 200 hingga 300 meter khususnya di sisi barat dan timur.

Rawa Dono dalam bahasa setempat saat ini statusnya merupakan cagar alam dengan nama Cagar Alam Rawa Danau (CARD). Satu-satunya rawa pegunungan di Pulau Jawa ini alamnya berupa danau dan hutan rawa air tawar.

CARD yang berjarak 15 kilometer dari kota Serang memiliki luas mencapai 3.542,60 hektare. Kawasan konservasi ini menjadi satu kesatuan dengan Cagar Alam Gunung Tukung Gede yang memiliki luas mencapai 1.519,5 hektare.

Karena begitu luas, CARD berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Padarincang, Kecamatan Pabuaran, dan Kecamatan Mancak. Secara geografis, terletak antara 6 derajat 8 menit - 6 derajat 11 menit lintang selatan dan 105 derajat 56 menit - 106 derajat 04 menit bujur timur.

Saat ini CARD dianggap sebagai kawasan konservasi penting yang perlu dilindungi keberadaannya. Oleh karenanya, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional.

Dalam Perpres tersebut, ada 15 danau di Indonesia yang jadi prioritas nasional untuk diselamatkan dari kerusakan, pendangkalan, dan penyempitan. Satu di antaranya adalah Rawa Danau di Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini.

Konservasi Rawa Danau bukan hanya saat ini saja, namun sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada 16 November 1921, kawasan ini telah ditetapkan sebagai cagar alam (natuurmonument) berdasarkan Staatsblad Tahun 1921 Nomor 683. Keputusan itu memberi nama Natuurmonument Danoemeer.

Kemudian rekonstruksi tata batas dilaksanakan dari tanggal 26 November 1986 sampai 13 Januari 1987 oleh Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan sepanjang 52,11 kilometer meliputi batas buatan 36,1 kilometer, batas enclave 13,85 kilometer, dan batas alam 2,25 kilometer.

Pada 1995, orientasi batas dilakukan oleh Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Jawa Barat sepanjang 53 kilometer. Hasilnya ditemukan jumlah pal batas 607 buah pal dengan 99 buah dalam kondisi baik, 85 buah rusak, 251 buah rusak berat, dan 172 buah hilang.

Pada 1999 Kawasan Rawa Danau ditunjuk sebagai kawasan konservasi cagar alam dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 491/Kpts-II/1999 dengan luas 2.500 hektare. Pada 2011 dilakukan pengukuhan definitif oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa-Madura menyatakan bahwa luas Cagar Alam Rawa Danau adalah 3.542,60 hektare.

Pada 2012 dilakukan pengukuran ulang oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa-Madura. Dari pengukuran, diperoleh hasil luasan cagar alam sebesar 3.542,70 hektare. Pada 2014 Kawasan Rawa Danau ditetapkan sebagai cagar alam seluas 3.542,70 hektare dengan SK Menteri Kehutanan No. SK.3586/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 2 Mei 2014.

Habitat Flora dan Fauna

Kawasan CARD berupa hutan alam dan dengan aliran sungai rawa-rawa di dalamnya. Ketika musim hujan tiba, aliran sungai di sana meluap hingga membentuk danau sehingga masyarakat setempat menyebutnya danau karena berubah dari rawa-rawa menjadi danau.

Kawasan yang dihuni flora dan fauna khas diyakini merupakan kaldera sisa letusan gunung api purba yang diduga aktif jutaan tahun lalu. Hal ini diperkuat dengan endapan batuan dari letusan yang ditemukan di sekitar sana.

CARD memiliki flora yang tumbuh di hutan dan perairannya. Flora yang tumbuh di hutan antara lain adalah gaharu (Aquilaria sp.), vegetasi rawa seperti tangtalang (Elaeocarpus obtusus), tumbuhan bawah seperti kantong semar (Nepenthes sp.), juga beberapa jenis tanaman di kawasan ini yang dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Ada juga tiga jenis tumbuhan yang hanya ditemukan di sana yaitu Glochidion palustre Kds, Coix palustris Kds, dan Alocasia bantamensis Kds. Ketiganya ditemukan oleh Koorders, botanis asal Belanda yang datang ke tempat itu pada 1892 dan 1912.

Di tempat itu juga ada buah-buahan khas setempat yang bisa dinikmati saat akhir perjalanan. Ada salah satu buah khas yang banyak dibudidayakan warga di sepanjang jalan menuju area rawa yakni durian Mancak.

Pada musimnya tersedia banyak pilihan tempat untuk menikmati durian tersebut karena rata-rata berasal dari kebun di sekitar lokasi. Namun pilihan dari jenis durian lain juga ada sehingga para penikmatnya bisa puas menikmati.

Fauna yang hidup di hutan dan perairan CARD antara lain antaranya adalah lutung (Trachypithecus auratus), elang hitam (Ictinaetus malaiensis), buaya muara (Crocodylus porosus), dan ikan lendi (Clarias nieuhofii).

Di samping sebagai habitat bagi flora dan fauna, CARD juga memiliki peran penting untuk keberlangsungan masyarakat. Kawasan ini menjadi sumber air minum bagi masyarakat Serang dan Cilegon yang dialirkan melalui Sungai Cidanau.

Sayangnya dengan status cagar alam, CARD tidak bisa dikunjungi untuk tujuan wisata masyarakat umum. Mereka yang bisa masuk ke Rawa Danau hanya yang memiliki tujuan pendidikan atau penelitian saja. Bagi yang ingin ke CARD bisa mendapatkan surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi). Surat ini bisa diperoleh dengan mengajukan proposal ke Kantor Seksi Konservasi Wilayah I di Kota Serang.

Namun demikian untuk melihat bentang alam CARD wisatawan atau masyarakat umum masih bisa menikmati keindahan alam dari luar kawasan. Dari tempat yang disebut Paninjauan, di sekitar Kantor Resor CARD di Desa Luwuk, Kecamatan Mancak, pengunjung bisa melihat hamparan Rawa Danau dari ketinggian.

Di Paninjauan bisa dilihat bentang alam CARD yang terbentang luas. Pada bagian pegunungan yang mengelilinginya ditumbuhi oleh tanaman keras. Sedangkan di tengahnya yang berupa rawa ditumbuhi tanaman perairan yang tumbuh pendek.

Dari titik tersebut pengunjung bisa dengan leluasa melihat pemandangan alam sambil berfoto-foto. Di tempat ini juga tersedia gazebo-gazebo dengan atap dari daun kelapa berbentuk kerucut. Dari sini wisatawan dapat menikmati beberapa minuman teh atau kopi dan makanan yang dijajakan. hay/I-1

Baca Juga: