Ratusan pelayat tumpah ke jalan pada pemakaman mahasiswa kedokteran Khant Nyar Hein, yang terbunuh pada hari Minggu, hari paling berdarah sejauh ini dalam minggu-minggu protes di Myanmar.

Khant Nyar Hein, merupakan mahasiswa kedokteran berusia 18 tahun yang ditembak di dadanya di Tamwe, Yangon oleh pasukan keamanan selama protes anti-militer dilansir dari reuters.

"Biarkan mereka membunuhku sekarang, biarkan mereka membunuhku alih-alih putraku karena aku tidak tahan lagi," kata ibu siswa tersebut dalam klip video yang diposting di Facebook.

Para pelayat, termasuk sesama mahasiswa kedokteran dengan jas lab putih, meneriakkan: "Revolusi kita harus menang."

Lebih dari 180 pengunjuk rasa telah tewas ketika pasukan keamanan mencoba untuk menghancurkan gelombang demonstrasi, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Sedikitnya 40 orang tewas oleh pasukan keamanan dalam protes di Hlaing Tharyar pada hari Minggu

Setidaknya satu pengunjuk rasa lagi ditembak mati pada hari Selasa di pusat kota Kawlin, kata seorang penduduk di sana.

Orang-orang mengangkat foto Suu Kyi pejuang demokrasi paling terkemuka di Myanmar selama tiga dekade dan menyerukan anti penindasan selama protes di kota selatan Dawei pada hari Selasa.

Pengunjuk rasa terus turun ke jalan dan menantang pengambilalihan pemerintah, yang dipimpin oleh pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing.

Lebih dari 2.084 orang tetap ditahan secara sewenang-wenang dan setidaknya lima orang tewas dalam tahanan dalam beberapa pekan terakhir. Setidaknya dua mayat telah menunjukkan tanda-tanda penganiayaan fisik yang parah, yang mengindikasikan bahwa mereka disiksa, kata Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB dikutip dari abcnews.

"Ada lebih banyak laporan tentang pembunuhan lebih lanjut yang belum dapat kami buktikan," kata juru bicara PBB Ravina Shamdasani

"Kami sangat terganggu karena tindakan keras terus meningkat, dan kami kembali menyerukan kepada militer untuk berhenti membunuh dan menahan pengunjuk rasa." kata Shamdasani

Shamdasani mengatakan mengkonfirmasikan informasi menjadi semakin sulit karena darurat militer dan karena lingkungan tempat orang-orang terbunuh dan terlantar telah terputus melalui pemadaman komunikasi yang diberlakukan negara.

Militer mengatakan pihaknya mengambil alih kekuasaan setelah tuduhan kecurangan dalam pemilu 8 November yang dimenangkan National League for Democracy (NLD) Suu Kyi ditolak oleh komisi pemilihan. Pihaknya berjanji akan menggelar pemilu baru tapi belum menetapkan tanggal.

Suu Kyi, 75, telah ditahan sejak kudeta dan menghadapi berbagai tuduhan termasuk mengimpor radio walkie-talkie secara ilegal dan melanggar protokol virus corona.

"Militer berusaha untuk membalikkan hasil pemilu demokratis dan secara brutal menekan pengunjuk rasa damai," Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada konferensi pers di Tokyo.

Baca Juga: