JAKARTA - Sektor pertanian tumbuh cukup tinggi selama pandemi yakni sebesar 13,7 persen tapi sayangnya nilai rupiah dari pertanian hanya mengalami peningkatan sangat kecil.
"Bayangkan upah di sektor pertanian hanya sekitar 52 ribu rupiah per hari. Siapa yang mau jadi petani? Tak heran anak petani enggak ada yang mau jadi petani," kata Direktur Program Indef, Ester Sri Astuti, dalam diskusi online, Senin (30/8).
Ester memaparkan pertanian jauh dari menjanjikan karena produktifitasnya rendah. Akses pada perbankan juga sangat rendah sehingga pertumbuhan sektor pertanian tak mencerminkan pertumbuhan kemakmuran.
"Bank nggak mau kasih kredit sehingga ya begitu-begitu saja pertaniannya, tradisional dan tidak efisien," katanya.
Dampak akan hal itu adalah Indonesia saat ini menjadi net importir dari anek produk pangan yang semestinya bisa diproduksi di dalam negeri.
Beras misalnya, meski jelas terus terjadi peningkatan konsumsi beras karena pertumbuhan penduduk yang terus meningkat namun luasan lahan dan panen padi tak konsisten sehingga saat ini Indonesia jadi net importir beras.
"Gula, kedelai, gandum, bahkan beras dan garam pun impor. Ini memalukan sekali bagi negara dengan karunia agraris, matahari bersinar sepanjang tahun seperti Indonesia ini," kata Ester.