Ramadan dimanfaatkan sebagai momen untuk berhijrah secara spiritual, intelektual, dan peran sosial yang mampu membawa kepada pencerdasan, pembebasan, kemajuan dan membangun peradaban.

JAKARTA - Bulan suci Ramadan harus jadi momentum untuk membangun kehidupan bersama dalam keberagaman. Bulan Ramadan adalah wahana mempererat ukhuwah sesama kaum muslimin, serta dengan sesama umat bangsa.

"Panggilan suci untuk merekat kebersamaan saling tolong menolong, berbagi dan peduli, serta membangun kehidupan bersama dalam keragaman," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat (1/4).

Karena itu, ia berharap, ibadah puasa dan lain sebagainya yang dilakukan oleh kaum muslimin dapat meningkatkan kesalehan pribadi yang memancar dalam kesalehan keluarga dan kehidupan masyarakat, bangsa. Serta dunia kemanusiaan semesta.

"Melalui peningkatan kedekatan dan hubungan dengan Allah melalui ibadah selama bulan suci umat Islam ini, kaum muslim diharapkan mampu menebar nilai-nilai perdamaian, kebaikan, keluhuran moral, serta berbagi dan keutamaan dalam hidup," tuturnya.

Haedar juga berharap, bulan Ramadan dimanfaatkan sebagai momen untuk berhijrah secara spiritual, intelektual, dan peran sosial yang mampu membawa kepada pencerdasan, pembebasan, kemajuan dan membangun peradaban.

"Insyaallah jika ibadah puasa dan seluruh rangkaian ibadah di Bulan Ramadan ditunaikan dengan rukun, khusyu', dan tahsinah yang baik, maka akan melahirkan insan-insan yang al muttaqun," imbuhnya.

Diharapkan dengan momentum bulan Ramadan, umat Islam akan menjadi insan yang memancarkan pencerahan di kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia semesta. Sehingga bisa membawa misi Islam yang rahmatan lil alamin.

"Semoga pelaksanaan ibadah selama bulan Ramadan seperti ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain dapat meningkatkan kedekatan dan hubungan dengan Allah SWT, sehingga melahirkan sikap rendah hati," katanya.

Sementara itu, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menyoroti soal suntik vaksin di bulan puasa. Menurutnya, suntik vaksin tidak membatalkan puasa. Sebab, suntikan vaksin melalui otot bukanlah kegiatan memasukkan zat makanan ke dalam tubuh.

"Sehingga vaksinasi tidak dikategorikan sebagai injeksi nutrisi. Karenanya, saya berpendapat bahwa vaksinasi tidak membatalkan puasa. Alasannya pertama tidak melalui organ alamiah. Kedua tidak menghilangkan rasa lapar dan haus," ujarnya.

Menurut Syamsul hal ini sejalan dengan semangat putusan tarjih yang berdasarkan QS. Al Baqarah ayat 195 dan al-Maidah ayat 32, yang menyatakan umat Islam diperintahkan agar mempertahankan hidup semaksimal mungkin. Dalam hadis yang diriwayat al-Darimi juga disebutkan bahwa kesehatan merupakan kenikmatan yang dianugerahkan Allah. Bahkan hal itu diperkuat dengan keterangan Rasulullah agar seorang muslim tidak menjerumuskan diri pada kemudaratan bahkan mendatangkan mudharat bagi orang lainnya.

"Dengan demikian, vaksinasi di bulan Ramadan merupakan langkah yang bisa diambil. Tentu kita berharap jangan sampai puasa menjadi alasan untuk tidak melakukan vaksinasi. Jadi vaksinasi tidak membatalkan puasa, maka seyogyanya umat Islam tidak perlu ragu dan khawatir lagi," katanya.

Awal Puasa

Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1443 Hijriah/2022 Masehi jatuh pada Minggu (3/4), usai diputuskan melalui sidang isbat pada Jumat.

"Secara mufakat bahwa 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Ahad (Minggu) 3 April 2022," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat konferensi pers penetapan sidang Isbat, Jumat (1/4).

Baca Juga: