JAKARTA - Debut lifter Indonesia Rahmat Erwin Abdullah di Olimpiade berbuah manis. Di luar dugaan Rahmat berhasil meraih perunggu. Dia tampil bagaikan kuda hitam di Olimpiade Tokyo. Meski tak diunggulkan, tetapi secara mengejutkan mampu menyumbangkan medali perunggu.

Rahmat menjadi yang terbaik di Grup B kelas 73kg usai membukukan angkatan total 342kg (snatch 152kg dan clean and jerk 190kg), Rabu (28/7) malam waktu Tokyo.

Lifter berusia 21 tahun itu mampu melampaui total angkatan lifter-lifter tangguh yang tergabung dalam Grup A, antara lain lifter Albania Calja Briken yang mencatatkan total angkatan 341kg, lifter Bulgaria Bozhidar Dimitrov (338kg), lifter Jepang Miyamoto Masanori (335kg), dan lifter AS Cummings Jr (325kg).

"Saya sangat bersyukur. Medali ini saya persembahkan untuk keluarga saya, ayah dan ibu. Untuk seluruh masyarakat Indonesia, Kemenpora, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), PB PABSI, serta semua yang sudah mendukung saya,"ujar Rahmat, Kamis (29/7).

Rahmat mengatakan bahwa medali perunggu Olimpiade Tokyo itu tidak hanya menepati misi pribadinya, tetapi juga turut menggenapi impian sang ayah yang gagal tampil di Olimpiade 2004 Athena karena cedera punggung.

Lifter kelahiran Makassar itu menceritakan bahwa menjelang ke Tokyo, dia selalu teringat dengan cerita yang terus diulang oleh sang ayah soal impiannya agar anaknya bisa tampil di Olimpiade, memenuhi mimpinya yang tidak akan pernah terwujud.

Rahmat juga mengatakan raihan perunggu Windy Cantika menjadi suntikan semangat baginya. "Sudah sejak (Windy) Cantika meraih medali perunggu, saya itu uring-uringan dan tertekan karena saya juga ingin mendapatkan medali. Namun saya tidak bisa berbicara dengan siapa-siapa," jelas Rahmat.

Total angkatan 342kg, dengan snatch 152kg dan clean and jerk 190kg sekaligus menjadi rekor terbaiknya Rahmat. Itu memperbaiki catatan sebelumnya 335kg yang dibukukan pada Kejuaraan Asia di Taskent, April 2021. ben/S-2

Baca Juga: