Sekitar 46.000 senjata nuklir diproduksi selama era Perang Dingin. Ini menyebabkan sejumlah besar limbah cair radioaktif asam merembes ke lingkungan. Sebuah studi baru menunjukkan ragi sebagai cara yang lebih aman dan hemat biaya untuk membersihan situs limbah radioaktif ini. Penelitian terkait dengan potensi ragi untuk membersihkan situs limbah radiokatif ini di muat dalam sebuah jurnal beberapa waktu lalu dalam "Prospects for Fungal Bioremediation of Acidic Radioactive Waste Sites: Characterization and Genome Sequence of Rhodotorula taiwanensis MD1149,".

Tim ilmuwan di Uniformed Services University of Health Sciences (USU) menemukan bahwa satu ragi berpigmen merah, Rhodotorula taiwanensis MD1149, sangat tahan terhadap bentuk akut dan kronis radiasi gamma, logam berat dan asam. Karakteristik ini penting untuk bioremediasi: pembersihan limbah lingkungan dengan menggunakan mikroorganisme. Tim memeriksa 27 ragi yang diisolasi dari lingkungan yang beragam, menguji untuk melihat bagaimana masing-masing cocok untuk bioremediasi di bawah kondisi radioaktif dan asam yang tinggi. Ragi Rhodotorula taiwanensis strain MD1149 ditemukan paling tahan terhadap radiasi asam dan gamma.

Setelah menundukkan mikroorganisme ini ke sekuensing genom keseluruhan, mereka menemukan bahwa ragi ini memiliki sifat ketahanan. Yakni terhadap Deinococcus radiodurans, bakteri tahan radiasi dimana peneliti USU telah melakukan rekayasa biokemediasi sejak 1997. "Dr. Daly sebelumnya menerbitkan sejumlah makalah tentang potensi penggunaan bakteri Deinococcus rekayasa genetika untuk pembersihan limbah radioaktif, namun banyak di situs tersebut terlalu asam dan tidak mendukung pertumbuhan ekstrimofil ini. Dalam studi kolaboratif ini, kami menunjukkan bahwa ragi jauh lebih cocok bila menyangkut asam dan logam berat," kata Dr Rok Tkavc, asisten profesor patologi di USU Patologi. Selain itu, Tkavc juga mengatakan bahwa MD1149 dapat menempel pada permukaan seperti batuan dan pasir, sehingga memperlambat migrasi polutan ke lingkungan. "Temuan kami sekarang menawarkan strategi alternatif untuk pendekatan pembersihan lainnya yang lebih mahal dan berbahaya," kata Tkavc. n nik/berbagai sumber/E-6

Baca Juga: