WASHINGTON - Korea Utara (Korut) belum menanggapi seruan Amerika Serikat (AS) terkait keselamatan dan keberadaan seorang tentara AS yang melintasi perbatasan antar-Korea ke negara itu pekan ini, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada Rabu (19/7).

Tentara AS tersebut, yang diidentifikasi sebagai prajurit dua Travis King, melintasi garis demarkasi militer di Area Keamaman Gabungan (JSA) di Zona Demiliterisasi pada Selasa waktu setempat.

"Kemarin, Pentagon menghubungi rekan-rekan di Tentara Rakyat Korea," kata juru bicara Deplu AS Matthew Miller dalam jumpa pers harian, merujuk pada nama resmi militer Korut.

"Yang saya tahu komunikasi itu belum dijawab," lanjut dia.

Sejumlah pejabat AS sebelumnya mengatakan bahwa King "dengan sengaja" dan "tanpa izin" melintasi garis demarkasi militer saat melakukan tur kelompok ke JSA.

Miller menekankan bahwa AS memiliki "sejumlah saluran di mana kami dapat mengirim pesan ke DPRK," merujuk nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).


"Pembahasan tersebut cukup sensitif dan saya belum siap membahas secara rinci saat ini," kata dia dalam jumpa pers tersebut.

Juru bicara Deplu itu mengatakan bahwa AS tengah mencari tahu tentang keselamatan tentara itu dan mengupayakan kepulangannya ke AS.

"Kami di Deplu dan PBB semuanya terus bekerja sama dalam masalah ini untuk memastikan informasi tentang keselamatan dan keberadaan King," kata Miller.

"Kami masih mengumpulkan fakta, dan saya ingin memperjelas bahwa pemerintah telah dan akan terus bekerja secara aktif untuk memastikan keselamatan dan memulangkannya ke keluarganya," kata dia, menambahkan.


Sementara tidak menanggapi seruan AS untuk berdialog, Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur pada Rabu pagi, sekitar sepekan setelah mereka melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) ke-12 mereka sejak awal tahun lalu.

"Saya ingin mengatakan bahwa kami mengecam peluncuran rudal balistik oleh DPRK seperti kami mengecam peluncuran rudal balistik mereka sebelumnya," kata Miller ketika ditanya tentang provokasi rudal terbaru Korut.

Miller menyebut peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB.

"Peluncuran tersebut menimbulkan ancaman bagi negara tetangga DPRK dan masyarakat internasional. Kami tetap berkomitmen pada pendekatan diplomatik dan menyerukan kepada mereka (Korut) untuk terlibat dalam dialog," tambah Miller.

Baca Juga: