Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mendesak Barat harus memberlakukan embargo terhadap semua bentuk impor energi dari Rusia dan memberlakukan larangan perjalanan bagi seluruh warga negaranya setidaknya selama satu tahun.

Berbicara kepada The Washington Post di dalam kantornya di Kiev, Zelensky menyebut sanksi anti-Rusia saat ini "lemah" dan mendesak untuk mengisolasi Rusia.

Ia menilai "sanksi paling penting adalah dengan menutup perbatasan dan mengharuskan orang Rusia harus "hidup di dunia mereka sendiri sampai mereka mengubah filosofi mereka" merujuk pada langkah "Rusia mengambil tanah orang lain."

Sanksi itu diserukan Zelensky karena menurutnya walaupun tidak terlibat secara langsung dengan invasi negaranya, penduduk sipil Rusia juga tidak mengecam dan menghentikan pemerintahan Moskow.

"Mereka akan mengerti kalau begitu. Mereka akan berkata (perang) ini tidak ada hubungannya dengan kami. Seluruh penduduk tidak bisa dimintai pertanggungjawaban, bukan?' Bisa. Penduduk memilih pemerintah ini dan mereka tidak melawannya, tidak berdebat dengannya, tidak meneriakinya," ujar Zelenksy pada Senin (8/8).

Zelensky pun bersikeras bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk memengaruhi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menarik pasukannya dari Ukraina.

Diketahui, AS dan sekutunya, yakni Kanada, UE, Jepang, Korea Selatan, dan Australia telah mengembargo terhadap ratusan individu, perusahaan, dan organisasi Rusia atas apa yang mereka sebut "invasi" ke Ukraina.

Dikutip dari Russia Today, pada April tahun ini, Rusia telah menjadi negara yang paling banyak terkena sanksi di dunia, melampaui gabungan Iran, Venezuela, Myanmar, dan Kuba.

Baru-baru ini, Ukraina dan Rusia bertukar tuduhan atas penembakan pabrik atom terbesar di Eropa itu pada akhir pekan. Kyiv mengatakan penembakan oleh Rusia pada hari Sabtu (6/8) telah merusak tiga sensor radiasi dan melukai seorang pekerja di pembangkit listrik Zaporizhzhia.

Sebaliknya, otoritas yang ditempatkan Rusia di kawasan itu mengatakan pasukan Ukraina menghantam situs itu dengan beberapa peluncur roket, merusak gedung-gedung administrasi dan daerah di dekat fasilitas penyimpanan. Kedutaan Rusia di Washington juga merilis pernyataan yang merinci kerusakan.

Pasukan Rusia merebut pabrik di tenggara Ukraina pada awal Maret tetapi masih dijalankan oleh teknisi Ukraina.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina. Sementara Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

Baca Juga: