JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu (7/12) bahwa ketegangan nuklir meningkat, meski bersikeras mengatakan "Kami belum gila" dan Moskow tidak akan menjadi yang pertama mengerahkan senjata nuklir dalam konflik Ukraina.

Setelah sembilan bulan mengerahkan 'operasi militer' di Ukraina, Putin memperingatkan bahwa konflik mungkin akan berlangsung "lama".

Tentara Rusia telah kehilangan tujuan utama dari militer mereka, menambah kekhawatiran bahwa kebuntuan di medan perang dapat membuat Rusia menggunakan senjata nuklir untuk mencapai terobosan.

"Kita belum gila, kami sadar apa itu senjata nuklir," kata Putin saat pertemuan dengan dewan HAM-nya, Rabu.

"Kita tidak akan mengacungkan nuklir seperti pisau cukur saat berkeliling dunia."

Namun ia menyadari ketegangan yang meningkat dengan mengatakan "ancaman seperti itu meningkat. Kenapa merahasiakannya?"

Meski begitu, dia mengatakan bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan musuh.

"Ketika kami diserang, kami menyerang balik," kata Putin. Ia menekankan strategi Moskow didasarkan pada kebijakan "serangan balasan".

"Namun jika kita bukan yang pertama yang menggunakannya, kita juga tidak akan menjadi yang kedua yang menggunakannya, karena kemungkinannya sangat terbatas menggunakan nuklir dalam serangan nuklir terhadap teritori kita," katanya.

Komentarnya mendapatkan teguran dari AS.

"Kami rasa pembicaraan apapun tentang senjata nuklir sangatlah tidak bertanggung jawab," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan.

"Ini berbahaya, dan bertentangan dengan semangat yang telah menjadi inti dari rezim non-proliferasi nuklir sejak Perang Dingin," katanya.

Namun demikian, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan, risiko penggunaan senjata nuklir di konflik Ukraina telah berkurang berkat tekanan internasional terhadap Rusia.

"Satu hal yang berubah untuk saat ini adalah Rusia telah berhenti mengancam menggunakan senjata nuklir," kata Scholz dalam wawancara dengan grup media Jerman Funke. Dia mengatakan itu sebagai tanggapan terhadap komunitas internasional yang menandai garis batas.

"Prioritas sekarang adalah Rusia segera mengakhiri perang dan menarik pasukannya," tambahnya.

Baca Juga: