Intelijen AS melaporkan bahwa Presiden Vladimir Putin telah diberi informasi yang keliru tentang situasi perang di Ukraina oleh para penasihatnya karena mereka terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya.

WASHINGTON DC - Presiden Russia, Vladimir Putin, tidak mendapatkan informasi evaluasi yang jujur dari para penasihatnya tentang situasi perang di Ukraina, menurut laporan Gedung Putih.

"Kami yakin dia mendapat informasi yang salah dari para penasihatnya tentang seberapa buruk kinerja militer Russia dan bagaimana ekonomi Russia dilumpuhkan oleh sanksi," kata Direktur Komunikasi Gedung Putih, Kate Bedingfield, Rabu (30/3). "Penasihat senior Putin terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya," imbuh dia.

"Kami memiliki informasi bahwa Putin merasa disesatkan oleh militer Russia, yang mengakibatkan ketegangan terus-menerus antara Putin dan kepemimpinan militernya," ucap Bedingfield.

Bedingfield tidak memberikan rincian yang lebih konkret terkait informasi ini, namun saat ditanya mengapa Amerika Serikat (AS) mempublikasikan informasi ini, Bedingfield mengatakan langkah itu untuk menunjukkan adanya kesalahan strategis yang dilakukan Putin dalam menyerang Ukraina.

Beberapa jam setelah Gedung Putih merilis informasi tersebut, Kepala Badan Spionase GCHQ Inggris, Jeremy Fleming, pada Kamis (31/3) mengatakan bahwa pemimpin Russia telah melebih-lebihkan kemampuan militernya.

"Kami telah melihat tentara Russia yang kekurangan senjata dan mengalami penurunan moral, menolak untuk melaksanakan perintah, menyabotase peralatan mereka sendiri, dan bahkan secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat mereka sendiri," kata Fleming dalam pidato di Universitas Nasional Australia, Canberra.

Laporan mata-mata AS dan Inggris dirilis setelah pertanyaan tentang hubungan Putin dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, yang menghilang dari pandangan publik selama beberapa pekan sebelum muncul kembali pada 26 Maret lalu, mengemuka.

Ada ketegangan antara Putin dan Kementerian Pertahanan Moskwa, yang berasal dari ketidakpercayaan pemimpin Russia tersebut terhadap kepemimpinan militer.

Kini, pasukan Ukraina telah merebut kembali wilayah dalam beberapa hari terakhir - termasuk pinggiran Kota Irpin yang strategis di Kyiv, setelah serangan Russia tampaknya terhenti, lima pekan setelah invasi dimulai pada 24 Februari.

Amunisi Klaster

Sementara itu kepala HAM PBB mengatakan terdapat dugaan yang kredibel bahwa pasukan Russia menggunakan amunisi klaster atau bom curah di wilayah berpenduduk di Ukraina. Penggunaan amunisi klaster dilarang oleh sebuah konvensi internasional karena kekejamannya.

Kepala UNHCR, Michelle Bachelet, menyampaikan kepada Dewan HAM PBB di Jenewa pada Rabu (30/3) bahwa kantor yang dikepalainya menerima laporan yang kredibel bahwa pasukan bersenjata Russia menggunakan amunisi klaster setidaknya 24 kali. Ia juga memberitahukan kepada dewan tersebut bahwa UNHCR tengah menyelidiki dugaan penggunaan senjata semacam itu oleh pasukan bersenjata Ukraina.

Bachelet mengatakan penggunaan senjata peledak secara terus-menerus di kawasan berpenduduk sangatlah mengkhawatirkan. Bachelet juga mengatakan bahwa serangan membabi buta dilarang di bawah hukum internasional dan bisa digolongkan sebagai kejahatan perang. AFP/DW/NHK/I-1

Baca Juga: