JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menegaskan seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) di Indonesia mampu melakukan deteksi dini virus korona jenis baru atau Covid-19.

"Semua puskesmas di seluruh Indonesia mampu untuk melaksanakan deteksi dini masalah ini," kata Yurianto, di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (8/3).

Yurianto menegaskan deteksi dini yang dilakukan puskesmas merupakan wujud kemampuan puskesmas dalam menangani Covid-19.

Dia menjelaskan ketika seseorang mengeluh batuk dan pilek ke puskesmas, maka puskesmas akan menanyakan health alert card untuk kemudian dapat segera merujuk yang bersangkutan ke rumah sakit. "Deteksi dini itu menangani. Jadi, menangani itu jangan dikonotasikan keberadaan ruang isolasi bertekanan negatif di puskesmas, pasti tidak ada di puskesmas. Jadi menangani bukan seperti itu," jelasnya.

Yurianto mengimbau masyarakat untuk tidak panik menyikapi Covid-19 atau gejala-gejalanya meskipun di daerahnya tidak ada rumah sakit besar. "Tidak perlu panik karena di daerahnya tidak ada rumah sakit besar karena bukan seperti itu," tuturnya.

Adapun bagi masyarakat yang ingin mengetahui seputar Covid-19, pemerintah telah membuka hotline di nomor 119. Nomor itu dapat dihubungi siapa pun, sekalipun hanya untuk menanyakan apa itu Covid-19, tanda-tanda Covid-19, serta langkah-langkah yang harus dilakukan.

Tambah Dua Orang

Pada kesempatan itu, Yurianto mengumumkan kasus positif Covid-19 bertambah dua orang. Kini, kedua orang itu diisolasi di RSPI Sulianti Saroso dan RS Persahabatan. Status positif keduanya diperoleh melalui hasil laboratorium Minggu siang. "Hari ini dari hasil pemeriksaan laboratorium kita menambah lagi dua kasus positif," katanya.

Dengan adanya tambahan dua kasus positif, maka jumlah orang positif Covid-19 di Tanah Air menjadi enam orang. Dua orang tambahan yang terkonfirmasi itu diklasifikasi sebagai kasus nomor 5 dan 6.

Yurianto menjelaskan kasus nomor 5 merupakan seorang pria berusia 55 tahun, diketahui positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan dari penelusuran klaster Jakarta. Sedangkan kasus nomor 6 merupakan pria 36 tahun, imported case dari Jepang. Yang bersangkutan terkena Covid-19 pada saat bekerja sebagai anak buah kapal Diamond Princess.

"Kondisi keduanya stabil, tidak butuh oksigen, tidak diinfus, sadar penuh, tidak demam, tidak batuk dan tidak pilek. Jadi kondisi dalam keadaan baik," ujar Yurianto.

Sementara itu, terkait kru dan penumpang kapal pesiar berbendera Norwegia, Viking Sun, yang diperbolehkan turun di Bali, Yurianto mengatakan hal itu merupakan keputusan pemerintah daerah berdasarkan pertimbangan dinas kesehatan. "Tidak perlu saya permasalahkan. Karena itu sudah dibuat keputusannya, dan keputusan gubernur itu berdasarkan pertimbangkan dinas kesehatan," ujarnya. n Ant/ruf/AR-2

Baca Juga: