Buat apa ada kompetisi bila tidak ada aspek "sporting merit". Tidak ada promosi dan degradasi. Lebih baik semua dihentikan saja, tidak usah dilanjutkan.

JAKARTA - Keputusan Komite Eksekutif PSSI meniadakan promosi-degradasi Liga 1 serta penghentian Liga 2 dan 3 yang diumumkan Kamis (12/1), mendapat protes keras dari berbagai pihak. Keputusan tersebut dinilai sangat tidak tepat, meski PSSI beralasan langkah itu sebagai bagian dari pembenahan sepak bola nasional usai tragedi Kanjuruhan. Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali, menyebutnya sebagai "dagelan".

"Saat kompetisi dihentikan agar tragedi Kanjuruhan bisa cepat diselesaikan, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru minta dilanjutkan. Saat diizinkan dilanjutkan, keputusan baru dimunculkan bahwa Liga 2 tidak dilanjutkan. Begitu juga Liga 3. Hanya Liga 1 yang dilanjutkan. Ini sungguh sebuah dagelan," ujar Akmal.

"Buat apa ada kompetisi bila tidak ada aspek sporting merit. Tidak ada promosi dan degradasi. Lebih baik semua dihentikan saja, tidak usah dilanjutkan. Mulai musim baru dengan aturan ketat lima aspek klub profesional dijalankan, legal, infrastruktur, finansial, SDM, dan supporting. Yang tak memenuhi syarat jangan diloloskan," sambungnya.

Akmal mengatakan Liga 1 dijalankan tanpa promosi dan degradasi tidak ada manfaatnya. Sia-sia saja. Bahkan merugikan pihak klub, kecuali mau bermain dengan bandar judi untuk mendapatkan uang cepat. Tapi, kompetisi macam itu tidak akan sehat.

Keputusan blunder PSSI tersebut dinilai Akmal yang juga Koordinator Save Our Soccer itu juga menghambat transformasi sepak bola nasional. Inpres Percepatan Pembangunan Sepak Bola Nasional tak ada artinya. Keinginan transformasi sepak bola nasional juga hanya akan menjadi sebatas cita-cita bila para pemangku kepentingan hanya berpikir kepentingan bisnis kelompok.

Bayangkan, ada 15 klub menyatakan siap kompetisi dilanjutkan. Kok bisa-bisanya Sekjen PSSI, Yunus Nusi, beserta pejabat PT Liga Indonesia baru menyatakan ada 20 klub yang ingin kompetisi Liga 2 tidak dilanjutkan. Ini dagelan! Sudah waktunya PSSI direvolusi. Potong satu generasi.

"Mereka yang tidak berkompeten jangan diberi tempat lagi mengelola PSSI dan LIB," tandas Akmal.

Pengamat sepak bola yang sekaligus mantan Asisten Manajer Timnas Indonesia, Syamsuddin Umar, mengatakan akan ada dampak luas yang ditimbulkan karena penghentian Liga 2. Sementara itu, untuk Liga 1, tanpa adanya degradasi kompetisi akan dipenuhi intrik-intrik dari peserta.

Dia juga mengatakan jika Liga 2 tak digelar sejak pekan pertama Liga 1 dimulai mungkin ceritanya lain. Tetapi, saat ini Liga 1 sudah memasuki putaran kedua. "Sudah ada gambaran tim yang berpotensi juara. Ini artinya, tim-tim yang sudah tak punya peluang juara berpotensi tanding seadanya," ujarnya.

Bahkan tim-tim yang sudah tak ada potensi juara lagi, bisa main mata alias jual beli pertandingan ke tim yang masih berpotensi juara. Potensi jual beli pertandingan di sepak bola Indonesia bukanlah hal yang baru, menurut Syamsuddin Umar, sehingga potensinya semakin besar terjadi di Liga 1 2022-2023.

Syamsuddin memberi contoh, pemilik klub yang sudah tak berpeluang lagi menjadi juara membutuhkan dana untuk musim depan. Jadi, bisa saja merkea memanfaatkan peluang jual beli pertandingan. Hingga putaran pertama Liga 1 2022-2023 usai, setidaknya ada enam tim yang bersaing ketat di papan atas dalam perburuan gelar juara. Klub-klub tersebut adalah PSM Makassar, Bali United, Madura United, Persib Bandung, Persija Jakarta, dan Borneo FC.

Klub Kecewa

CEO Semen Padang FC Win Bernadino kecewa dengan langkah PSSI dan PT LIB selaku operator liga yang menghentikan kelanjutan kompetisi Liga 2. "Secara tim, Semen Padang FC kecewa dengan dihentikannya Liga 2. Karena dengan persiapan yang kami lakukan, yakin bisa bersaing dalam perebutan tiket promosi ke Liga 1," ujarnya.

Namun Win mengakui, hal ini bukan barang baru dan tidak kaget dengan keputusan tersebut. Sebab sebagian besar pemilik klub sudah menyampaikan itu ke Ketua Umum PSSI dan Manajemen LIB untuk menghentikan liga. Dalam pertemuan pemilik klub dengan PSSI dan LIB beberapa waktu lalu, memang dibahas berbagai usulan tentang masa depan liga. Tapi belum bisa menghasilkan keputusan bersama.

Meski kecewa, manajemen tim kini menunggu surat resmi dari PSSI. Memang seluruh komponen tim seperti pelatih, pemain, dan ofisial dari awal Desember diputuskan untuk libur karena belum ada kejelasan kapan liga dilanjutkan. Sekarang dengan info seperti ini mau tidak mau menunggu surat resmi dari PSSI. "Mudah-mudahan biaya-biaya selama kompetisi kemarin ada pertimbangan dari PSSI dan LIB untuk kompensasinya," tandasnya. ben/G-1

Baca Juga: