KIT Kabupaten Batang memiliki banyak kelebihan dan daya tarik untuk menjawab keluhan para investor.

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan kesiapan sejumlah kawasan industri untuk menampung sejumlah pabrikan multinasional yang ingin relokasi ke Indonesia. Karena itu, diperlukan area terintegrasi agar aktivitas industri bisa berjalan efisien sehingga bisa menjadi daya tarik bagi para investor.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII)-Kemenperin, Dody Widodo, mengatakan salah satunya yang sedang diakselerasi pembangunannya ialah Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. "Ini sebagai tindak lanjut dari hasil kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo, pada akhir Juni lalu," ungkap Dody, di Jakarta, Senin (27/7).

Akhir pekan lalu, Dody kembali meninjau progres pembangunan KIT Batang. "Kami menyampaikan bahwa pemerintah ingin pembangunan 450 hektare dari total lahan 4.300 hektare bisa selesai dalam kurun waktu enam bulan," ungkapnya.

Dijelaskannya, dari segi infrastruktur, KIT Kabupaten Batang memiliki banyak kelebihan dan daya tarik untuk menjawab keluhan para investor.

Terlebih lagi keluhan utama dari investor, yakni tentang harga lahan yang bergejolak tinggi setelah ditetapkan menjadi kawasan industri. "Namun, harga lahan dan fasilitas di KIT Batang mampu bersaing dengan kawasan industri di negara lain seperti Tiongkok," paparnya.

Dody menyampaikan, Kemenperin mendukung pengembangan KIT Batang dengan konsep The Smart and Sustainable Industrial Estate. Artinya, KIT Batang ini akan dilengkapi berbagai fasilitas, seperti perumahan pekerja, unit pendidikan, layanan kesehatan, dan ketersediaanrantai pasok antara sektor industri.

Sekitar 108 hingga 2.027 hektare akan dibangun sampai 2024, tidak hanya sebagai daya tarik, tapi menjadi supply chain di koridor Pantura Jawa. KIT Batang ditargetkan untuk menjadi kawasan industri percontohankerja sama antara pemerintah dan BUMN, dengan konsep infrastruktur dasar dan pendukung disediakan oleh pemerintah.

Infrastruktur tersebut meliputi akses jalan untuk tol dan non-tol, penyediaan air baku dan air bersih, kereta api, listrik, gas, terminal kontainer darat (dry port) dan pelabuhan. Di samping itu, KIT Batang akan dikembangkan sesuai klaster industri, bukanTtddasarkan asal negara.

Selanjutnya, KIT Batang didorong untuk mengalokasikan minimal lima persen dari luas lahan untuk klaster Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi ekonomi untuk memudahkan penyediaan fasilitas pendukung.

Ekonomi Lokal


Bupati Batang, Wihaji, mengatakan pihaknya meminta dukungan dari berbagai kementerian dengan regulasinya untuk mempercepat kehadiran investor di KIT Batang. Sebab, ketika ada investasi, efeknya berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan perputaran uang sehingga memacu perekonomian.

Wihaji pun menganalogikan KIT Batang bagai bunga yang siap dihinggapi oleh lebah yang akan menghasilkan madu. "Inilah analogi KIT Batang yang kita persiapkan bunga-bunganya agar lebah berdatangan yang akhirnya melahirkan madu," tandasnya.

Rencananya, tujuh perusahaan global yang berkomitmen menanamkan modal di KIT Batang dengan nilai 850 juta dollar AS atau sekitar 11,9 triliun rupiah dan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 30.000 orang. Ketujuh perusahaan tersebut merelokasi bisnisnya dari China, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan.

ers/E-10

Baca Juga: