PHNOM PENH - Nilai impor dan ekspor yang melewati Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville (Sihanoukville Special Economy Zone/ SSEZ) di Kamboja mencapai 3,36 miliar dollar AS pada 2023. Jumlah ini meningkat 34,8 persen secara tahunan (year on year/yoy), demikian laporan operator SSEZ dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Seperti dikutip dari Antara, SSEZ merupakan proyek unggulan di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) yang didirikan bersama oleh investor Tiongkok dan Kamboja.

"Volume perdagangan melalui SSEZ menyumbang sekitar 7,18 persen dari total volume perdagangan Kamboja," tulis pernyataan tersebut.

Zona ekonomi seluas 11 kilometer persegi itu telah menarik investasi kumulatif sebesar 2,27 miliar dollar AS, mengakomodasi total 180 perusahaan yang berasal dari Tiongkok, Eropa, Amerika Serikat, Asia Tenggara, serta sejumlah negara dan kawasan lainnya, serta menciptakan sekitar 30.000 lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

Sok Siphana, Menteri Senior sekaligus Ketua Emeritus di Dewan Direksi Asian Vision Institute, mengatakan SSEZ bersama dengan proyek-proyek besar BRI lainnya, secara signifikan telah mendukung pembangunan ekonomi dan konektivitas Kamboja.

"Pembangunan beberapa kawasan industri seperti SSEZ, peningkatan modal, serta perluasan produksi pabrik ban mobil dan semen telah meningkatkan level industrialisasi di Kamboja dan menciptakan banyak lapangan kerja maupun pendapatan pajak bagi negara ini," ujarnya kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Mudahkan Perdagangan

Sementara itu, Neak Chandarith, selaku Direktur Pusat Penelitian Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Kamboja mengatakan bahwa SSEZ yang terletak di dekat Pelabuhan Otonom Sihanoukville memudahkan arus perdagangan antara Kamboja dan seluruh dunia.

"SSEZ berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kamboja," katanya.

Zona industri tersebut, bersama dengan proyek-proyek BRI lainnya, telah memainkan peran penting dalam membantu Kamboja mencapai tujuan ambisiusnya untuk menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas pada 2030 dan negara berpenghasilan tinggi pada 2050.

Sebelumnya, Presiden Kaukus Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra untuk Asia Pasifik, Ong Tee Keat, mengatakan BRI secara luas dianggap sebagai game-changer yang mentransformasi daya saing ekonomi negara-negara mitranya.

Baca Juga: