Sedikitnya 17 orang tewas di Peru ketika pengunjuk rasa anti-pemerintah yang mencoba menyerbu bandara bentrok dengan pasukan keamanan.

LIMA - Sedikitnya 17 orang tewas di Peru ketika pengunjuk rasa yang mencoba menyerbu bandara bentrok dengan pasukan keamanan pada Senin (9/1). Bentrokan terjadi di tengah krisis politik yang telah berlangsung sebulan di negara itu.

Pertumpahan darah ini terjadi di tenggara kota Juliaca, di wilayah Puno, kata seorang pejabat di kantor ombudsman setempat kepada AFP.

Korban tewas yang sebelumnya sebanyak 12 orang bertambah, karena lima orang di antara 40 atau lebih korban yang terluka dalam bentrokan itu meninggal, kata pejabat itu.

Pengunjuk rasa menuntut Presiden Dina Boluarte mundur. Boluarte mengambil alih kekuasaan setelah presiden sebelumnya Pedro Castillo digulingkan dan ditangkap pada 7 Desember lalu.

Castillo dicopot setelah dia mencoba membubarkan kongres dan mulai memerintah dengan keputusan - dia menghadapi beberapa penyelidikan korupsi - telah memicu bentrokan selama berminggu-minggu di negara yang dilanda ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun.

Pengunjuk rasa yang marah atas pencopotan Castillo yang berhaluan kiri menginginkan Boluarte mengundurkan diri dan segera menggelar pemilihan baru. Rencana pemilu telah dipindahkan dari 2026 ke April 2024.

Secara keseluruhan, bentrokan yang dipicu penggulingan Castillo telah menewaskan 39 orang di seluruh negeri.

Orang-orang yang tewas di Juliaca mengalami luka tembak, kata seorang pejabat diRumah Sakit Calos Mongekepada TV Peru.


"Polisi menembaki kami," kata seorang demonstran yang menolak menyebutkan namanya kepada AFP.
"Kami minta Dina (Boluarte) mengundurkan diri," imbuhnya."Terimalah kenyataan bahwa orang tidak menginginkanmu."


"Apa yang terjadi adalah orang-orang Peru saling membantai. Saya minta tenang," kata Walikota Juliaca Oscar Caceres memohon untuk berdamai.

Alberto Otarola, kepala staf presiden yang baru, mengatakan, ribuan pengunjuk rasa telah mendekati bandara pada Senin. Sekitar 2.000 orang menyerang polisi ketika mencoba menyerbu fasilitas tersebut dengan senjata darurat dan mesiu.


Pada Sabtu, pengunjuk rasa mencoba untuk menyerbu Bandara Juliaca yang telah dijaga polisi dan tentara.

Juliaca, yang terletak di wilayah Puno di perbatasan dengan Bolivia, merupakan rumah bagi banyak suku asli Aymara.Puno telah menjadi sarang protes anti-pemerintah sejak krisis terakhir pecah.Pemogokan tanpa akhir diumumkan di sana pada 4 Januari.

Protes terhadap pemerintah Boluarte berhenti selama liburan Tahun Baru tetapi dilanjutkan hari itu.
Pada Senin, pengunjuk rasa memblokir jalan di enam dari 25 departemen negara, termasuk daerah yang populer di kalangan turis.

Boluarte adalah wakil presiden Castillo dan seorang sayap kiri seperti dia.Tetapi banyak orang Pribumi menyebutnya pengkhianat yang tidak membela tujuan mereka.

Dalam perkembangan lain pada Senin, pemerintah mengatakan melarang masuk Evo Morales, mantan presiden Bolivia, menuduhnya mencoba mencampuri urusan Peru.

Morales yang merupakan presiden Pribumi pertama negaranya, telah menyatakan dukungannya terhadap protes terhadap Boluarte, khususnya di wilayah etnisAymara Punoyang berbatasan dengan Bolivia.

Baca Juga: