Pemilihan gubernur (pilgub) Sumatera Utara (Sumut) memang sudah mendekati masa pendaftaran calon. Sesuai dengan tahapan yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), pendaftaran akan digelar pada 8-10 Januari 2018. Pilgub Sumut 2018 sangat menarik karena penuh dengan kejutan. Mungkin sepanjang pesta demokrasi digelar, pilgub mendatang ini yang penuh dengan kejutan.
Kejutan pertama muncul ketika Partai Golkar menyatakan dukungan untuk Tengku Erry Nuradi yang merupakan calon petahana. Meski menjadi pemenang Pemilu 2014 dengan meraih 17 kursi, tetapi Partai Golkar justru menyatakan dukungan terhadap Erry Nuradi yang merupakan "alumni" Partai Golkar.
Meski berstatus sebagai petahana, Erry Nuradi merupakan Ketua DPW Partai Nasdem Sumut. Partai ini hanya memiliki lima kursi di DPRD. Padahal, jauh-jauh hari sebelumnya, Partai Golkar Sumut telah menggelar rapat pimpinan daerah dan rapat kerja daerah yang menyepakati ketuanya, Ngogesa Sitepu, sebagai cagub.
Namun sekonyong-konyong, keluar keputusan bahwa Partai Golkar mendukung Erry Nuradi, sedangkan Ngogesa Sitepu yang masih menjabat sebagai Bupati Langkat diplot sebagai calon wakilnya. Kejutan lanjutan muncul ketika Partai Nasdem mendeklarasikan Erry Nuradi sebagai cagub di Lapangan Merdeka yang dihadiri Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh.
Namun, deklarasi tersebut hanya tunggal menampilkan cagub, tanpa disertai cawagub meski kegiatannya dihadiri sejumlah petinggi Partai Golkar Sumut. Dari konstalasi yang berkembang, muncul kejutan lanjutan dengan mundurnya Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Ngogesa Sitepu, sebagai cawagub yang mendampingi Erry Nuradi.
Menurut Sekretaris DPD Partai Golkar Sumut, Irham Buana Nasution, Ngogesa Sitepu memiliki sejumlah pertimbangan dan alasan ketika mengambil keputusan mundur tersebut, salah satunya faktor kesehatan. Sekretaris DPW Partai Nasdem Sumut, Iskandar ST, mengaku terkejut saat mengetahui mundurnya Ngogesa Sitepu untuk mendampingi Erry Nuradi. Meski menghormati keputusan politik tersebut, Partai Nasdem tetap mengharapkan dapat berkoalisasi dengan Partai Golkar.
Alihkan Dukungan
Kejutan dari Partai Golkar belum berakhir. Pada Jumat (5/1), Golkar justru mengalihkan dukungan kepada mantan Pangkostrad, Letjen Edy Rahmayadi, yang berpasangan dengan tokoh muda yang juga pengusaha muda Musa Rajekshah alias Ijeck. Kejutan berlanjut ketika Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, JR Saragih, tidak mampu mendapatkan dukungan dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Padahal, Partai Demokrat hanya mendekati PAN. Jika mendapatkan dukungan PAN yang memiliki enam kursi di DPRD Sumut, JR Saragih yang masih menjabat Bupati Simalungun tersebut sudah bisa mencalonkan diri karena partainya memiliki 14 kursi. Kejutan dari JR Saragih belum berakhir. Kini, tersebar berita jika Ketua Partai Demokrat Sumut tersebut akan mendaftarkan diri dalam pilgub dengan dukungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Dengan keberadaan PKB dan PKPI yang sama-sama memiliki tiga kursi, JR Saragih memenuhi syarat dukungan 20 kursi atau 20 persen yang ditetapkan KPU. Kejutan teranyar muncul dari PDI-P yang telah mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat. Awalnya, kader PDI-P yang "digadang-gadang" untuk mengikuti pilgub di Sumut adalah Efendi Muara Sakti Simbolon dan Maruarar Sirait.
Namun, kehadiran Djarot mulai menjadi perbincangan dan mempengaruhi konstalasi pencalonan di Sumut ketika berkunjung ke Danau Toba dan Pulau Samosir bersama keluarganya. Kejutan terbaru, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, mengumumkan pendeklarasian pasangan Djarot- Sihar Sitorus di kantor DPP PDI-P, di Lenteng Agung, Jakarta, Minggu (7/1).
Sihar cukup populer di kalangan muda. Ia menjadi Direkur Lembaga Peduli Hutan Indonesia hingga sekarang. Masih ada beberapa hari lagi untuk menanti kejutan lain dalam Pilgub Sumut. Kejutan masih mungkin terjadi sebelum 10 Januari mendatang, yang merupakan batas akhir pendaftaran bakal Cagub ke KPU Sumut. rag/Ant/N-3