JAKARTA - Nomor identitas tunggal atau single identity number menjadi salah satu tekad yang serius diwujudkan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kemendagri sebagai salah satu instansi diberi otoritas mengurusi masalah dokumen kependudukan. Untuk menuju ke indentitas tunggal, diperlukan integrasi data kependudukan. Salah satu yang dilakukan adalah digunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai Nomor Induk Mahasiswa (NIM).

"Intinya pemerintah sangat serius mewujudkan era satu data nasional, menuju nomor identitas tunggal. Salah satu buktinya, dengan mengintegrasikan data kependudukan. Misal untuk, integrasi data terkait NIM Integrasi data ini juga berdampak pada akan dihapuskannya NIM secara bertahap," kata Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh, di Jakarta, Minggu (12/7).

Dengan begitu,lanjut Zudan, dalam implementasinya secara bertahap akan digunakan NIK sebagai NIM.Sehingga data mahasiswa perguruan tinggi akan ada dalam satu sistem yang sama. Salah satu universitas yang telah mengintegrasikan data mahasiswanya dengan data kependudukan adalah Universitas Syiah Kuala atau Unsyiah, Provinsi Aceh.

"Unsyiah telah menerapkan sistem ini,ditandai dengan jalinan kerja sama Unsyiah dengan Ditjen Dukcapil Kemendagri untuk mengintegrasi NIM ke NIK," katanya.

Zudan mengungkapkan saat ini Direktorat Jenderal Kependudukan yang dipimpinnya, telah menjalin kerja sama dengan lebih 2.300 lembaga di Tanah Air. Kerja sama ini untuk penguatan big data di Indonesia. Terkait integrasi data mahasiswa dengan data kependudukan, selain Unsyiah, juga ada beberapa kampus di Indonesia yang telah mengintegrasikan NIM ke dalam NIK.

"Unsyiah tercatat sebagai universitas pertama di Pulau Sumatera yang menandatangani kerja sama ini. Saya sangat mengapresiasi langkah Unsyiah yang telah membantu pemerintah memasuki era baru pencatatan kependudukan," ujarnya.

Zudan menyebutkan salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah pendataan. Tapi dengan konsep big data yang tepat dan lengkap, maka setiap orang akan terdata dengan baik. Hal sama juga akan terjadi di Unsyiah jika mentransformasikan NIM ke dalam NIK.

"Jadi semua mahasiswa dan alumni akan terdata dengan baik, Unsyiah akan tahu mereka kerja di mana, tinggal di mana, keahliannya apa, hingga prestasinya. Ini memudahkan Unsyiah untuk men-tracking para alumninya," katanya.

Rektor Unsyiah Samsul Rizal mengatakan integrasi ini akan diterapkan mulai tahun ajaran baru 2020. Dengan demikian penyatuan nomor identitas bakal memudahkan verifikasi data mahasiswa dan efektivitas kerja.Langkah pengintegrasian data, tujuannya mendukung program pemerintah yang sedang menggalakkan transformasi data menuju single identity number.

"Jadi setiap orang memiliki satu nomor identitas untuk banyak keperluan, cara ini juga dapat membantu Unsyiah melacak dan menghimpun para alumni yang tersebar di berbagai daerah. Saya gembira sebab kerja sama ini akan mengefektifkan fungsi dan peran kedua belah pihak dalam memverifikasi dan validasi data, baik untuk calon mahasiswa, calon dosen, hingga civitas akademika Unsyiah," katanya.

Ia pun berharap kerja sama ini dapat berlanjut di bidang lainnya. Terlebih lagi Unsyiah memiliki banyak ahli IT yang dapat membantu Dukcapil dalam pengelolaan data. Sehingga bermanfaat bagi pembangunan bangsa. ags/N-3

Baca Juga: