JAKARTA - Proposal Matching Fund Edisi Vokasi tahun 2022 meningkat 300 persen. Terdapat 176 proposal reka cipta yang berasal dari 70 Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Vokasi (PTPPV) serta 156 mitra industri.

"Kenaikan tersebut bisa menjadi indikator semakin meningkatnya metode pembelajaran mahasiswa vokasi di Indonesia," ujar Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Benny Bandanadjaja, di Jakarta, Minggu (6/11).

Benny menerangkan, salah satu tujuan program tersebut untuk mengembangkan metode pembelajaran mahasiswa. Mereka terlibat langsung dengan dunia usaha dunia industry (DUDI) melalui model pembelajaran di dalam teaching factory/teaching industry.

"Mahasiswa akan mendapatkan pengalaman praktik sekaligus pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning (PBL)," jelasnya.

Benny menuturkan, sebaran wilayah proposal beserta jumlaj pendanaan dari pemerintah untuk program tersebut pun meningkat pesat. Untuk pendanaan, peningkatannya mencapai angka 100 persen.

Pada tahun 2021, total jumlah dana program tersebut sebesar 30 miliar rupiah. Sementara di 2022, meningkat menjadi 68 miliar rupiah. "Dana tersebut nantinya akan disalurkan sesuai proposal yang masuk ke Kedaireka," katanya.

Dia mengungkapkan, Matching Fund mengusung lima tema prioritas yaitu Ekonomi Biru, Ekonomi Digital, Ekonomi Hijau, Kemandirian Kesehatan, dan Pengembangan Pariwisata. Selain lima tema tersebut, terdapat tema umum lainnya untuk proposal.

Direktur Jenderal Pendikan Vokasi, Kemendikbudristek, Kiki Yuliati, menegaskan, program Matching Fund bukan memberikan pendanaan dari pemerintah kepada industri. Program tersebut mendorong kolaborasi perguruan tinggi dengan mitra melalui skema padanan pendanaan untuk proyek yang diajukan sesuai investasi dari industri atau mitra.

Baca Juga: