Wabah virus korona diperkirakan menekan sektor properti karena pengembang tidak akan jorjoran dan lebih hati-hati dalam berinvestasi. Selain itu, pasokan bahan baku besi dari Tiongkok kemungkinan besar bakal tersendat

Sejauh ini, sektor properti belum merasakan dampak instan dari mewabahnya virus korona atau yang dikenal dengan Covid-19. Namun, dalam jangka panjang sektor ini juga akan mengalami tekanan akibat pasokan bahan baku, terutama yang berasal dari Tiongkok.

President & CEO PT Perintis Triniti Properti Tbk, Ishak Chandra, memprediksi imbas dari penyebaran virus korona di sektor properti baru akan dirasakan dalam jangka panjang. "Besi kebanyakan berasal dari Tiongkok," ujar Ishak Chandra, President & CEO PT Perintis Triniti Properti (TRIN)Tbk, di Jakarta, Kamis (2/3).

Menurutnya, pengembang tidak secara langsung merasakan imbas kesulitan bahan baku akibat mewabahnya virus korona tersebut. Mereka baru akan merasakan dampaknya saat kontraktor kesulitan memperoleh bahan baku. Pada kondisi tersebut, pengembang harus menaikkan harga jual proyeknya.

Ishak mengatakan fenomena virus korona dipandang sebagai kesatuan mindset para pelaku bisnis. Jika sekitar empat tahun yang lalu, pelaku bisnis banyak yang menggunakan sudut pandang yang berbeda dalam memandang bisnis, mereka lebih jorjoran dalam berinvestasi. Dengan adanya virus, para pengembang menjadi lebih hati-hati.

"Korona menjadi shock therapy. Pengembang menjadi tidak jorjoran," jelasnya. Kondisi sama terlihat pada krisis yang terjadi pada 1998. Para pembisnis bersatu untuk mencari solusi, kredit bersatu untuk mengatasi krisis.

Alhasil, recovery dapat dilakukan dalam jangka waktu tiga tahun. Triniti Land Group yang memiliki proyek di Batam mengaku bahwa proyek di wilayah industri tersebut tidak ikut terimbas virus. Pasalnya, para penyewa asing berasal dari negara di luar Singapura dan telah terbiasa tinggal di Batam.

Oleh karena itu, di saat adanya wabah korona mereka tidak kembali ke negaranya. "Hospitality" dan "Shopping Center" Sektor hospitality serta shopping center merupakan sektor yang terkena efek serius virus korona.

Menurunnya wisatawan ke tempat wisata memengaruhi okupansi hotel. Shopping Center ikut terkena imbasnya lantaran masyarakat memilih untu mengurangi kegiatan di keramaian untuk menghindari dan mencegah terjangkit virus korona.

Namun untuk hotel bisnis seperti yang terdapat di Jakarta, tidak terlalu mengalami efek penyebaran virus lantaran orang masih melakukan perjalanan bisnis. Di tingkat global, penyebaran virus korona berefek di nancial city, seperti Singapura, Tokyo, maupun Hong Kong. Hal tersebut terjadi karena lalu lintas masyarakatnya berada di kota-kota tersebut.

"Jakarta tidak termasuk," ujar dia. Ishak mengungkapkan pada 2019 dan empat tahun terakhir merupakan kondisi pasar yang tidak mudah bagi sektor properti. "Tahun 2019 dan empat tahun terakhir ini adalah tahun yang tidak mudah buat semua property developer di Indonesia, tapi Triniti Land Group masih bisa melakukan penjualan yang sesuai target perusahaan. Kami berharap di kuartal 2 pada 2020, kondisi pasar membaik, walaupun dua bulan ini banyak kejadian di luar kontrol perusahaan, seperti adanya kasus Jiwasraya dan yang terbaru kasus virus korona," ujar dia. Untuk 2020, perusahaan akan melakukan penjualan secara konservatif dalam menjangkau pasar.

"Sekarang, trigger untuk mengubah mindset lebih konservatif," ujar dia yang akan lebih banyak mengembangkan hunian landed. Hal ini tidak lain untuk menyikapi pasar properti yang belum sepenuhnya pulih. din/S-2

Baca Juga: