Terdapat beberapa tantangan yang membuat vaksinasi dosis pertama dan kedua di beberapa wilayah tidak mencapai capaian nasional.

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menyampaikan protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi dapat mencegah adanya mutasi Covid-19 baru. Dengan menerapkan prokes dapat mencegah virus masuk ke tubuh sehingga virus tidak akan menemukan tempat untuk berkembang.

"Yang paling penting itu penerapan prokes dan vaksinasi. Artinya menjadi penting kita tidak boleh lengah untuk prokes, tetap batasi mobilitas," ujar Nadia dalam dialog bertema Disiplin Masker dan Vaksinasi Cegah Omicron, yang diikuti di Jakarta, Selasa (7/12).

Sementara vaksinasi, lanjut dia, dapat mencegah adanya kasus positif baru. Dengan semua orang sudah divaksin, akan membentuk kekebalan bersama dan ini menangkal kemungkinan varian-varian yang muncul. Varian muncul karena virus menginfeksi atau menularkan kepada manusia, karena mereka beradaptasi.

Nadia menilai soal masuknya varian baru Covid-19 seperti Omicron di Indonesia bergantung pada perilaku masyarakat dalam menekan penularan Covid-19. "Untuk itu, patuhi prokes dan segerakan vaksinasi Covid-19 agar virus tidak dapat berkembang," katanya.

Nadia juga mengatakan saat ini varian Delta merupakan varian yang paling banyak beredar dan mendominasi jenis virus korona di Indonesia. "Perlu diwaspadai varian Delta ini telah bermutasi, saat ini kita sudah mengidentifikasi ada 23 turunan dari varian Delta," katanya.

Ia mengingatkan pandemi Covid-19 belum berakhir meski kasus di dalam negeri relatif cukup terkendali.

"Pendemi ini belum selesai walaupun minggu ini kita melihat penurunannya antara 200-300 kasus yang dilaporkan per hari. Kematian yang dilaporkan selama satu minggu rata-rata 8-10 jiwa. Jadi, kalau kita lihat laju penularannya sudah rendah saat ini, tapi tetap kita harus waspada," tuturnya.

Kekebalan Komunitas

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan target vaksinasi akan disesuaikan dengan penemuan terbaru yang diakui secara internasional. Target pemerintah saat ini dua dosis vaksin Covid-19 harus diterima oleh 208,26 juta penduduk masih dapat melindungi masyarakat melalui terbentuknya kekebalan komunitas.

"Berdasarkan bukti internasional atau negara lain tampaknya target kami masih dapat melindungi masyarakat. Kami akan lanjut memonitor perkembangan temuan riset dan survei dari negara lain. Kami akan menyesuaikan kebijakan jika ada bukti baru," kata Wiku dalam konferensi pers daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Saat ini pelaksanaan vaksinasi dosis pertama Indonesia telah mencapai 68,45 persen dari target dan vaksinasi dosis kedua sebesar 47,59 persen. Hanya saja terdapat 21 provinsi yang capaian vaksinasi dosis pertamanya masih di bawah capaian nasional.

"Terdapat beberapa tantangan yang membuat vaksinasi dosis pertama dan kedua di beberapa wilayah tidak mencapai capaian nasional, yang pertama itu terkait dengan isu logistik dan petugas pelaksana vaksin," kata Wiku.

Tenaga kesehatan yang menjadi petugas pelaksana vaksin berjumlah terbatas di beberapa provinsi. Untuk itu, pemerintah sebetulnya telah meminta pertolongan dari TNI dan Polisi guna membantu pelaksanaan vaksinasi.

"Pada saat yang sama, kami mempromosikan vaksinasi untuk memastikan orang-orang menyadari pentingnya vaksinasi. Tampaknya progresnya saat ini cukup baik," katanya.

Wiku mengakui terdapat keengganan dari beberapa penduduk untuk melakukan vaksinasi sebagaimana terjadi di sejumlah wilayah di negara-negara Eropa, tetapi pemerintah berusaha mencari solusi untuk setiap rintangan terkait program vaksinasi.

"Kami berkomunikasi dekat dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat selalu mendukung pemerintah daerah saat mereka menemukan masalah. Dan kami menggunakan data yang benar yang disamakan dengan data mereka juga," ucapnya.

Baca Juga: