UMKM yang terlibat dalam pilot project program MBG mendapatkan kenaikan rata-rata pendapatan sekitar 33,68 persen.

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diyakini bukan hanya mengatasi masalah gizi buruk atau stunting, melainkan juga menciptakan efek berganda atau multiplier effect bagi perekonomian. Kontribusi program tersebut bagi perekonomian cukup signifikan. Berdasarkan hasil studi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), program MBG menyumbangkan sekitar 34,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

"Anggaran MBG yang ditetapkan beberapa waktu lalu sebesar 71 triliun rupiah pada 2025 akan menyumbang ke PDB sekitar 4.510 triliun rupiah atau kalau kita hitung dalam persentase sekitar 34,2 persen dari PDB," ujar Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, dalam diskusi secara daring di Jakarta, Kamis (17/10). Pihaknya juga menghitung setiap 1.000 rupiah yang digelontorkan untuk program MBG akan memberikan manfaat hingga 63.500 rupiah terhadap perekonomian.

Berdasarkan studi yang dilakukan Indef berdasarkan proyek percontohan MBG di 10 kabupaten/ kota, terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar tiga orang serta terdapat peningkatan penghasilan UMKM sebagai mitra penyedia MBG sekitar 33,68 persen.

"UMKM yang terlibat dalam pilot project MBG mendapatkan kenaikan rata-rata pendapatan sekitar 33,68 persen," katanya. Esther juga memperkirakan pada 2029 mendatang bila anggaran MBG dipatok sebesar 298,4 triliun rupiah dengan target sasaran 82,9 juta orang maka kontribusi program ini pada PDB bisa mencapai sebesar 18.985 triliun rupiah. Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, diketahui mencanangkan delapan program hasil terbaik cepat, salah satu di dalamnya yakni program memberi makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil.

"Program itu bertujuan untuk meningkatkan kecukupan gizi, meningkatkan kecerdasan anak, mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan (stunting), dan pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di negara ini," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Sri Mulyani mengungkapkan pencegahan stunting tetap menjadi prioritas bagi pemerintah Indonesia, yang berhasil menurunkan prevalensinya dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 21,5 persen pada 2023.

Pemerintah mengalokasikan anggaran sekitar 71 triliun rupiah, atau 0,29 persen dari produk domestik bruto (PDB), untuk program tersebut. Program itu juga bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi sekitar 0,10 persen melalui penyerapan 820.000 pekerja dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terkait dengan program itu.

Penguatan SDM

Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyatakan program MBG akan membelanjakan anggaran senilai 800 miliar rupiah per hari. Menurutnya, pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menjadikan penguatan sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu fokus utama, dengan investasi yang cukup besar pada program Makan Bergizi Gratis.

Program ini, yang jika diimplementasikan secara penuh, akan menjangkau hingga 82,9 juta penerima dan memakan anggaran sebesar 400 triliun rupiah. "Kalau program ini sudah jalan, maka Badan Gizi Nasional akan belanja 1,2 triliun rupiah setiap hari untuk investasi SDM masa depan.

Sekitar 75 persen dari 1,2 triliun rupiah itu untuk intervensi Makan Bergizi Gratis, itu kurang lebih 800 miliar rupiah setiap hari," kata Dadan di Jakarta, beberapa waktu lalu. Anggaran 800 miliar rupiah itu akan digunakan untuk membeli bahan baku menu makanan dari produk pertanian, yang berarti memicu peredaran uang dalam jumlah besar di masyarakat. Dari hasil percobaan, dengan melibatkan 3.000 anak dalam satuan pelayanan, dibutuhkan sekitar 200 kg beras, 350 kg ayam atau 3.000 butir telur, 350 kg sayuran, serta 600 liter susu per hari.

Baca Juga: