JAKARTA -Harapan pasangan yang lama belum memperoleh keturunan salah satunya adalah dengan dengan teknologi in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung. Teknologi berbantu diharapkan dapat membantu pasangan mendapatkan buah hati.

Angka keberhasilan bayi tabung sangat tergantung dari usia calon ibu dan juga penyebab infertilitas pada pasangan. Umumnya angka keberhasilan dapat mencapai 40-50 persen pada pasangan dengan usia calon ibu berusia kurang dari 35 tahun

Sementara, pada pasangan dengan usia calon ibu berusia 35-40 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 25-35 persen. Sedangkan keberhasilan program IVF yang diikuti oleh calon ibu berusia di atas 40 tahun, angka keberhasilannya hanya sekitar 10 persen.

"Indikasi program bayi tabung di antaranya ketika kedua saluran telur tersumbat, kualitas sel telur yang kurang baik seperti pada endometriosis, usia perempuan sudah lanjut, kualitas sperma yang buruk, serta disfungsi seksual," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre, dr. Shanty Olivia Jasirwan, Sp.OG-KFER dalam siaran pers Rabu (7/7).

Ia menambahkan, umumnya program bayi tabung juga dibutuhkan pada kondisi gangguan pematangan sel telur yang tidak juga berhasil dengan hanya pemberian obat-obatan. "Biasanya kondisi organ reproduksi yang kurang baik dapat menghambat terjadinya kehamilan dan merupakan alasan yang cukup kuat bagi pasangan melakukan program bayi tabung (IVF)," ujar dia.

Shanty mengatakan, untuk melakukan program baru tabung perlu persiapan khusus dengan melakukan fit and proper test pasangan. Tes wawancara ini untuk mengetahui riwayat pernikahan, berapa lama pernikahan, siklus haid, riwayat penyakit dan operasi, riwayat pekerjaan, riwayat pengobatan sebelumnya, dan lainnya.

Selanjutnya mereka harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti harus pasangan suami-istri yang sah dan tidak menggunakan donor sperma atau telur dari bukan pasangan, calon ibu belum menopause, calon ibu tidak memiliki penyakit yang dapat diperberat oleh kehamilan, seperti penyakit jantung.

Kondisi rongga rahim sehat atau tidak didapatkan mioma, polip, dan perlekatan yang mengganggu rongga rahim), karena rongga rahim nantinya penting untuk penempelan janin. Apabila didapatkan kelainan pada rongga rahim tersebut, maka harus dilakukan tindakan operatif terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman embrio ke dalam rahim.

Tidak didapatkan cairan pada salah satu atau kedua saluran telur (hidrosalping). Apabila ini terjadi, maka harus dilakukan tindakan berupa laparoskopi operatif untuk mengangkat saluran telur yang terkait untuk mencegah leakage cairan dari saluran telur ke dalam rongga rahim yang nantinya dapat mengganggu penempelan embrio. "Selanjutnya pasangan perlu menyiapkan mental dan finansial," tegasnya.

Baca Juga: