Indonesia mempunyai potensi sumber daya kelautan sangat besar, tak kalah dengan pertanian, tetapi penyaluran pembiayaan ke perikanan sangat kecil.

JAKARTA - Target produksi udang sebesar dua juta ton pada 2024 terkendala masalah pendanaan. Sebab, alokasi anggaran ke sektor perikanan dan kelautan masih sangat kecil, begitu juga pembiayaan murah melalui skema kredit usaha rakyat (KUR) ke sektor perikanan. Padahal, potensi kelautan di Tanah Air sangat besar.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), TB Haeru Rahayu dalam National Shrimp Action Forum di Jakarta, Rabu (26/10), menjelaskan dari total 300.501 hektare lahan budi daya udang yang tersedia saat ini, baru sekitar 9.055 hektare (3 persen) yang telah dikelola secara intensif. Sementara itu, seluas 43.643 ha atau 15 persennya dikelola secara semi intensif dan sisanya sebesar sisanya 82 persen atau 247.803 hektare masih dikelola secara tradisional.

"Kalau yang 247 hektare itu kita buat klaster 5 hektare dengan biaya 7 miliar rupiah, kami sudah hitung itu hampir 365 triliun rupiah. Padahal, alokasi APBN untuk KKP hanya 6 triliun rupiah, jadi kapan sampainya?" katanya.

Lebih lanjut, Tebe, sapaan akrabnya, mengatakan pihaknya terus mencari sumber pendanaan di luar APBN, terutama menarik investasi dari swasta, untuk bisa mewujudkan target tersebut. Selain itu, Tebe menuturkan KKP juga tengah melirik pinjaman dan/atau hibah luar negeri (PHLN) untuk mencapai target sesuai arahan Jokowi itu.

Pada kesempatan sama, Plt Deputi Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Mochammad Firman Hidayat mengungkapkan kredit yang rendah menjadi salah satu tantangan mencapai target produksi dua juta ton udang dan peningkatan ekspor udang sebesar 250 persen pada 2024.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi), realisasi kredit usaha rakyat (KUR) sektor perikanan pada 2021 hanya 8,05 triliun rupiah dengan 231.329 debitur. Jumlah itu jauh lebih rendah dari realisasi KUR pertanian yang mencapai 69,2 triliun rupiah dengan 2,12 juta debitur.

"Padahal, kita punya potensi maritim laut yang sangat besar, tidak kalah dengan pertanian, tapi jumlah financing yang diberikan kepada perikanan sangat kecil. Tanpa ada financing, mencapai target susah dilakukan," katanya.

Permintaah Global

Seperti diketahui, KKP mencatat permintaan pasar udang global berada di nomor dua setelah salmon. Selama kurun waktu 2015-2020, Indonesia berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9 persen.

"Sepanjang 2021, nilai ekspor udang Indonesia mencapai 2,2 miliar miliar dolar AS, tertinggi di antara komoditas perikanan lainnya. Dengan kata lain, budi daya udang dapat berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi nasional maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono melalui tayangan video.

Pada 2024, pemerintah menargetkan nilai ekspor udang mencapai 4,3 miliar dollar AS. Sementara target produksi juga dinaikkan menjadi 2 juta ton, sementara pada 2021 baru kurang dari satu juta ton, hanya 881 ribu ton.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperkuat sinergitas program dan peran lintas sektor melalui crash program, guna mendukung target produksi udang sebanyak 2 juta ton dan peningkatan nilai ekspor sampai 250 persen pada akhir 2024. Crash program meliputi penguatan implementasi Program Prioritas Revitalisasi Tambak, Akselerasi Produksi dan Ekspor Udang untuk tahun 2022-2024.

Baca Juga: