Indonesia harus secepatnya menggenjot transisi energi terbarukan guna mengurangi kebergantungan terhadap migas yang produksinya terus turun.
JAKARTA - Target produksi migas sebesar satu juta barel per hari (bpd) pada 2030 harus direvisi karena capaian lifting atau produksi migas dalam beberapa tahun terakhir terus turun. Kondisi ini menandakan sulitnya mengejar target sejuta bpd tersebut.
Anggota Komisi VII DPR RI, Dyah Roro Esti, menyoroti terkait target lifting migas dalam beberapa tahun terakhir meleset.
"Target kita apalagi selalu digaungkan oleh SKK Migas mengenai satu juta barrel per day (bpd) pada 2030, saat ini bahkan kalau saya baca pada 2023 itu (target lifting migas) berada di kisaran 65.000 bpd dari target 660.000 bpd," ujarnya, di Jakarta, Kamis (29/8).
Dyah menjelaskan lifting migas saat ini masih berada pada angka 576 ribu bpd, dari targetnya yakni sekitar 635 ribu bpd pada 2024. Maka dari itu, menurutnya, perlu ada revisi terkait target satu juta bpd tersebut pada 2030.
"Mungkin harus direvisi ulang gitu ya, apakah betul target satu juta barel (per hari pada 2030) ini memungkinkan dan untuk kemudian direalisasikan," usul politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Terlebih lagi, menurutnya, peran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sangat besar terhadap SKK Migas, dalam melakukan pengawasan. Karena itu, Kementerian ESDM sebaiknya bisa merekrut konsultan yang paham mengenai kalkulasinya. "Agar kemudian prediksi ini bisa lebih sesuai," imbuhnya.
Adapun Dyah menyoroti masalah lifting ini dalam Rapat dengan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, di Jakarta, belum lama ini. Dyah berharap dengan catatan yang disampaikannya ini, Menteri ESDM yang baru itu dapat membuat berbagai terobosan baru.
Kementerian ESDM bersama Komisi VII DPR RI asumsi dasar lifting minyak dan gas bumi untuk RAPBN Tahun 2025. Lifting minyak bumi dipatok sebesar 605 ribu barrel oil per day (BOPD), lebih tinggi dari yang disampaikan oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, saat rapat kerja dengan komisi VII, yakni 600 ribu BOPD.
"Mencapai target lifting minyak merupakan salah satu tugas penting Kementerian ESDM, kami akan mencoba berbicara dengan SKK Migas, Pertamina, dan beberapa KKKS lain yang mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan lifting minyak kita," ujarnya di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (27/8).
Lebih Realistis
Sementara itu, target lifting gas bumi dalam RAPBN 2025 diketok sebesar 1.005 ribu barrel oil equivalent per day (BOEPD). Angka itu turun dibandingkan target dalam APBN 2024 sebesar 1.033 ribu BOEPD.
Bahlil menyebut target lifting gas lebih realistis untuk dicapai dengan ketersediaan sumber gas di Indonesia. "Jadi sebenarnya target gas ini akan jauh lebih optimistis, bukan berarti dari produksi minyaknya tidak optimistis seperti ini, tapi dengan catatan untuk bagaimana bisa melakukan perbaikan," ujarnya.
Sehingga asumsi dasar RAPBN 2025 untuk lifting migas adalah sebesar 1.610 ribu BOEPD, turun dibandingkan dengan target APBN 2024 sebesar 1.668 ribu BOEPD dengan realisasi pada 2023 lalu sebesar 1.565,6 ribu BOEPD.
Untuk harga minyak mentah Indonesia pada asumsi dasar RAPBN 2025 dipatok sebesar 82 dollar AS per barel, sama dengan target pada 2024. Sedangkan untuk cost recovery pada asumsi dasar pada RAPBN 2025 disepakati sebesar 8,5 miliar dollar AS.
Wakil Ketua Komisi VII, Maman Abdurrahman, yang memimpin rapat ini mengatakan pihaknya menyoroti lifting minyak dan gas bumi (migas) yang trennya menurun dan berharap dalam rapat kali ada respons positif dari Kementerian ESDM.