Agar lebih kompetitif, baik di pasar domestik maupun global, produksi pesawat dalam negeri masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah, termasuk dengan memberikan insentif.

BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia (DI) berharap pemerintah memberikan insentif kepada pesawat N 219 agar dapat bersaing dengan produk serupa saat dipasarkan di dalam dan luar negeri. Insentif tersebut berupa pembebasan bea masuk atas impor bahan baku pembuatan pesawat N219 serta insentif pajak atas harga jual pesawat.

"Kalau bersaing dengan negara lain, khususnya China, kami masih berat. Pesawat mereka murah karena didukung pemerintah dengan keringanan bea masuk, pajak bahkan mendapatkan bantuan dana produksi. Jadi, kami berharap hal yang memberatkan bagi industri dirgantara ke depannya dihapus sama sekali," ujar Direktur Produksi PT DI, Ari Wibowo, saat bertemu dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri RI dan Rektor Universitas Indonesia (UI), di Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/9).

Dia menambahkan, PT DI juga memerlukan bunga khusus atas pinjaman bank, khususnya bank BUMN dengan kisaran bunga antara 4-5 persen sehingga tidak memberatkan keuangan perusahaan. Dia mencontohkan berbagai insentif yang diberikan pemerintah Tiongkok demi kemajuan industri kedirgantaraan.

"Sekali lagi Tiongkok, itu bunga bank rendah sekali. Di sana pesawat juga bisa dipakai dulu, bayarnya belakangan, jadi banyak peminatnya," ujar dia.

Selain kepada PT DI, pemerintah juga harus memberikan insentif kepada perusahaan penerbangan perintis lokal. Misalnya memberikan jaminan kepada perusahaan penerbangan yang membeli pesawat produksi PT DI akan mendapatkan rute perintis.

PT DI juga berharap BUMN terkait dengan produksi alutsista bersama-sama ikut membangun industri pesawat terbang. Ia menyontohkan BUMN Inalum untuk bisa memproduksi aluminium yang memiliki kualifikasi dapat dipakai membuat pesawat.

"Jika Inalum bisa membuat bahan baku pesawat maka tentu biaya produksi akan lebih murah. Untuk diketahui sekitar 60 persen bahan baku N219 itu dibeli di luar negeri," ujarnya.

Prioritaskan Lokal

Dia menambahkan produksi N219 saat ini akan diprioritaskan untuk kebutuhan maskapai lokal, namun tidak menutup kemungkinan pasar internasional juga akan dijajaki. Untuk itu, dia berharap Kemenlu RI ikut mencarikan pasar bagi pesawat N219.

Staf Ahli Diplomasi Ekonomi Kemenlu RI, Ridwan Hasan, mengatakan sudah ada 186 negara yang saat ini menjalin hubungan dagang dengan Indonesia, di mana puluhan negara sudah menjadi pasar bagi penjualan pesawat produksi PT DI sejak satu dekade lalu.

"Kami tentu ikut proaktif menawarkan produk PT DI. Misalnya untuk negara Afrika dan Amerika latin, karena pasarnya cocok di sana," tegas dia.

Dia menambahkan jika pasar internasional masih belum didapat, potensi pasar lokal seharusnya dapat dimanfaatkan oleh PT DI. Ia mengatakan potensi pasar N219 di pasar lokal akan mencapai 100 unit.

PT DI juga bekerja sama dengan UI untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), khususnya industri kedirgantaraan. Rektor UI, Muhammad Anis, mengatakan institusinya merupakan universitas riset dengan multi disiplin ilmu sehingga sinergi dengan PT DI hal penting untuk menguatkan industri pesawat terbang nasional.

"Pendidikan tinggi dan Iptek dan adalah faktor strategis dalam meningkatkan daya saing dan kesejahteraan bangsa. Untuk itu, UI juga berkomitmen untuk ikut bersinergi dengan PT DI," ujarnya. tgh/E-10

Baca Juga: