Produksi padi terus turun seiring berkurangnya luas lahan tanam dan pergeseran dari sektor pertanian ke industri di sejumlah daerah.

JAKARTA -Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki pekerjaan rumah sangat berat, yakni meningkatkan produksi padi. Hal itu menjadi penting di tengah ancaman krisis pangan global. Terlebih lagi, dalam beberapa tahun terakhir, produksi padi stagnan.

Pakar Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, mengatakan laju pertumbuhan produksi beras di Indonesia saat ini tak lagi mampu mengejar laju pertambahan penduduk. Produksi padi pada 2021 tercatat sebanyak 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG), turun 233,91 ribu ton atau 0,43 persen dibanding produksi pada 2020 sebesar 54,65 juta ton GKG.

"BPS mencatat luas panen padi tahun lalu mencapai sekitar 10,41 juta hektare (ha), turun sebanyak 245,47 ribu ha atau 2,30 persen dibandingkan luas panen padi pada 2020 seluas 10,66 juta ha," ucap Dwi Andreas, kepada Koran Jakarta, Senin (8/8).

Seperti diketahui, Kementan bersama Badan Pusat Statistik (BPS) merilis survei cadangan beras nasional (SCBN) pada 2022. Survei ini meliputi penghitungan ketersediaan cadangan beras di tingkat rumah tangga, penggilingan, pedagang beras, Bulog, Horeka, industri, dan pengolahan.

"Berdasarkan hasil survei, stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras. Kemudian pada 30 April 2022, meningkat 10,15 juta ton dan stok pada Juni 2022 menjadi 9,71 juta ton," ujar Deputi bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, di Jakarta, kemarin.

Habibullah mengatakan stok beras pada Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga yang mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, Bulog 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton dan di Horeka maupun industri sebesar 0,28 juta ton.

"Secara umum, rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022 dibandingkan periode 31 Maret 2022," katanya.

Ditambahkan Habibullah, rata-rata stok beras di rumah tangga dan produsen mencapai kurang lebih 390-443 kilogram (kg) per rumah tangga produsen, atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata stok beras di rumah tangga konsumen yang hanya 9-10 kg per rumah tangga konsumen.

"Hasil SCBN22 telah mengkorfirmasi posisi surplus beras periode 2019 smpai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA BPS. Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia Swasembada Beras," katanya.

Samakan Data

Habibullah mengatakan survei ini sekaligus menyamakan data antarlintas kementerian dan lembaga sehingga data stok beras nasional bisa digunakan sebagai pijakan dalam mengambil keputusan.

"Survei ini kami lakukan pada Juni 2022 yang digelar di 34 Provinsi meliputi 490 kabuputen/ kota dengan jumlah sampel 47.817 sampel yang terdiri dari 14.100 sampel rumah tangga dan 33.717 sampel nonrumah tangga dengan melibatkan 1.900 orang petugas sebagai enumerator," katanya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan survei data ini menjadi penting untuk menentukan program penguatan produksi ke depan. Apalagi, di saat negara-negara di dunia tengah menghadapi ancaman krisis global.

"Saya dan jajaran dinas di-challenge (ditantang) terus, di mana ada dua hal setelah 2019 sampai hari ini, tidak ada impor beras umum.

Baca Juga: