JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, menilai produksi obat modern asli Indonesia harus dilakukan secara massal. Hal ini bisa berdampak pada murahnya harga jual obat tersebut.

"Skala produksi obat yang lebih besar membuat ongkos produksi per unit makin murah atau efisien, sehingga harganya juga murah. Itu teori produksinya," ujar Bambang saat webinar dengan tema Kemandirian Industri Farmasi dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19, di Jakarta, Rabu (24/6).

Bambang menjelaskan ada beberapa sayarat untuk satu jenis obat modern asli Indonesia diproduksi dengan skala besar. Pertama, obat tersebut harus terjamin keampuhannya dan diyakini oleh dokter untuk pengobatan pasien. Dengan begitu, obat bisa langsung menangani penyakit yang diderita mayoritas masyrakat Indonesia.

Selain itu, katanya, harus ada arahan atau peta jalan untuk riset obat jenis apa yang dibutuhkan masyarakat. Ia meminta para ahli farmasi bisa mendaftar apa saja obat diperlukan masyarakat sehingga memperjelas proses produksi obat lebih jelas. "Sehingga dari situ dilihat bahan baku untuk produksi sehingga BUMN atau swasta kalau mau investasi mereka tahu harus produksi jenis tertentu," jelasnya.

Lebih jauh Bambang mengatakan triple helix atau kolaborasi antara pemerintah, industri, dan peneliti bisa sangat penting dalam produk obat modern asli Indonesia. Menurutnya, peta jalan dan proses industri skala besar bisa menjadi daya tarik bagi industri untuk lebih terlibat dalam triple helix.

"Tidak mungkin produksi kecil, harga jual murah. Itu industri langsung bangkrut karena tidak bisa menekan biaya produksi per unit. Supaya industri bisa berkelanjutan juga coba kita pilah dulu," katanya.

Bambang menjelaskan ekosistem obat modern asli Indonesia perlu didukung pemerintah dengan mendaftarkan produk obat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurutnya, belum banyak terdaftarnya obat modern asli Indonesia dalam JKN membuat produksi skala besar sulit dilakukan.

Ia mengaku pihaknya terus mendorong agar obat modern asli Indonesia masuk dalam JKN. Menurutnya, hal tersebut harus diperjuangkan agar harga obat tersebut bisa lebih murah dan menjadi daya tarik bagi industri. "Pelaku industri mereka ingin obat masuk JKN. Saat ini skala besar belum tercipta karena masih terbatas tergantung dokter," katanya. ruf/N-3

Baca Juga: