JAKARTA - Entitas usaha PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), yakni PT Pendawa Lestari Perkasa (PLP) mendapatkan pekerjaan perbaikan jalur bus Transjakarta Koridor 1 menggunakan beton cepat kering (Speedcrete) dengan metode rapid setting.

Presiden Direktur Solusi Bangun Indonesia, Aulia Mulki Oemar, mengatakan pengerjaan perbaikan dilakukan tengah malam hingga pagi hari, mulai pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB. Pemilihan waktu pengerjaan ini agar mengurangi potensi dampak kemacetan, karena dikerjakan di malam hari.

"Saat masyarakat istirahat dan lalu lintas sedang lengang, kita bekerja. Besok saat pagi sudah bisa dilewati karena (pengerjaan) ini menggunakan jenis beton cepat kering. Sehingga diharapkan tidak menyebabkan kemacetan," ungkapnya di Jakarta, pekan lalu.

Untuk tahap awal, kontrak kerja sama dengan Dinas Bina Marga Pemprov DKI Jakarta baru disepakati untuk pengerjaan perbaikan di empat koridor dari total 10 koridor yang diidentifikasi mengalami kerusakan. Salah satu dari keempat koridor tersebut di antaranya koridor satu, mulai dari Blok M-Kota dan koridor tiga dari Kalideres ke Harmoni.

Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi Perusahan Semen Indonesia, Sigit Wahono, menuturkan metode rapid setting telah berhasil membuktikan bahwa waktu proses pengerjaan yang lebih cepat serta memberikan hasil yang optimal.

Hal ini karena didukung dengan peralatan muktahir seperti laser screed yang dapat menjamin kerataan dan kemiringan hasil jalan serta aspek keselamatan kerja yang diterapkan dalam melakukan pekerjaan di lapangan.

"Speedcrete merupakan salah satu produk dari Solusi Bangun Indonesia untuk pembetonan dengan kekuatan sangat tinggi. Perkerasan beton hanya membutuhkan waktu 8 jam," kata Sigit.

Kualitas Tinggi

Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho, menjelaskan metode rapid setting dinilai dapat meminimalkan kemacetan. Rapid setting menggunakan material batu agregat dan bahan aditif yang sangat khusus sehingga mampu memperbaiki jalan dengan waktu singkat dalam hitungan jam, sehingga malam hari dikerjakan, esok hari sudah dapat digunakan, sehingga tidak mengganggu lalu lintas dan akivitas masyarakat.

"Jenis beton yang digunakan berkualitas tinggi. Selain cepat keras, dia juga bisa tahan sampai 4-5 tahun. Bahkan jaminannya bisa sampai 10 tahun. Ini jauh lebih bagus dibanding (beton) yang biasa, yang sekitar1-2 tahun sudah habis (rusak), apalagi kalau sering terendam air," kata Hari.

Dari catatan Bina Marga, koridor 12 teridentifikasi mengalami kerusakan terpanjang, yaitu mencapai 11 kilometer dari total jalur sepanjang 400 kilometer. Sementara untuk di koridor lain jumlah kerusakan relatif beragam mulai dari 500 meter hingga dua kilometer.

"Kalau kita hitung (total kerusakan) itu sekitar hampir tiga persen. Ada di spot-spot tertentu. Ada yang 500 meter, ada 1.500 meter atau bisa sampai 2.000an meter, jadi sekitar dua kilometer," tutur Hari.

yni/AR-2

Baca Juga: