JAKARTA - Di antara banyak permasalahan lingkungan yang masyarakat hadapi saat ini, pengelolaan sampah menjadi salah satu isu krusial yang perlu mendapat lebih banyak perhatian, terutama di wilayah perkotaan. Hampir terjadi di setiap kota-kota besar, kondisinya sudah darurat sampah akut.

Upaya pengelolaan sampah perlu dilakukan di berbagai level, baik rumah tangga hingga kawasan regional. Upaya mengelola sampah dengan hasil produk bermanfaat untuk rumah tangga dipandang sebagai salah satu solusi permasalahan lingkungan ini.

Co Founder sekaligus CEO re.peat Sagita Asri, menyampaikan, re.peat bersama dengan yayasan Jalantara berkolaborasi meluncurkan produk berupa pembersih serbaguna (multi purpose cleaner/MPC) dan penghilang noda (stain remover) untuk dikenalkan pada pasar lokal. Hal ini sebagai upaya penanganan sampah dan lingkungan di Indonesia tidak dapat dilakukan sendirian oleh pemerintah.

"Kami, re.peat hadir di Indonesia dengan semangat untuk berperan secara langsung dalam menyerap sampah dan limbah rumah tangga, mengenalkan dan memasyarakatkan produk-produk ramah lingkungan berkualitas buatan lokal, serta mengajak setiap elemen masyarakat untuk dapat berperan serta secara langsung dalam upaya gerakan lingkungan di Indonesia," kata dia melalui keterangan tertulis Kamis (3/8).

Sementara itu, Direktur Project Management Office Jabodetabek-Punjur, Kementerian ATR/BPN, Wisnubroto Sarosa memberi dukungan atas momen kolaborasi istimewa ini. Pihaknya mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan oleh mitra-mitra ecopreneur seperti re.peat, dalam mengembangkan produk-produk lokal berkualitas dan ramah lingkungan.

"Sistem produksi berbasis ekonomi sirkular ini dapat menyerap atau memanfaatkan sampah dan limbah masyarakat dalam proses produksinya," ujar Wisnubroto.

Dalam proses produksinya, produk ramah lingkungan re.peat memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif yang dibuat dari sampah dan limbah rumah tangga seperti jelantah. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi biodiesel.

Selain itu, re.peat juga menggunakan minyak refinasi yang dimurnikan menggunakan teknologi tinggi. Seluruh proses ini telah distandarisasi dan merupakan hasil riset yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir bersama dengan tim riset yayasan Jalantara, ungkap Sagita.

Ecopreneur dan CMO re.peat, Elizabeth menuturkan bahwa produk ramah re.peat adalah produk pembersih yang secara khusus dibuat sebagai merek untuk mendukung kampanye ekonomi sirkular di Indonesia. Baik MPC maupun Stain Remover, keduanya dirancang sebagai bahan pembersih rumah tangga yang menggunakan bahan-bahan alami, vegan, ramah lingkungan, namun memiliki performa yang tinggi.

"Setiap produk tersebut juga diawasi secara ketat dalam setiap proses produksinya oleh ahli yang berpengalaman, serta telah mendapatkan izin edar dari kementerian kesehatan Republik Indonesia," ujarnya.

"Untuk saat ini produk re.peat Multi Purpose Cleaner dan Stain Remover dipasarkan di platform media sosial TikTok sertae-commerceTokopedia. MPC dengan berat kemasan 250 gram kami jual dengan harga 59,900 rupiah, dan Stain Remover dengan berat kemasan 200 gram harga 49,900 rupiah serta kemasansachet70 gram seharga 18,900 rupiah," lanjut Elizabeth.

CEO Yayasan Jalantara, Muhammad Amin Cakrawijaya menyebutkan, sebagian keuntungan re.peat juga akan dimanfaatkan untuk kampanye lingkungan, termasuk pemberian pelatihan untuk komunitas dan kelompok masyarakat terkait pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga di lingkungannya. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan oleh Yayasan Jalantara, meneruskan program-program pelatihan dan pendampingan pengolahan sampah, khususnya jelantah seperti yang selama ini telah dilakukan di banyak tempat di Indonesia.

"Dukungan masyarakat dan dunia usaha akan sangat dibutuhkan, khususnya dalam mendukung kegiatan ecopreneur seperti re.peat ini," katanya.

Direktur Riset re.peat, Abustomih memaparkan, re.peat berkomitmen untuk terus mengembangkan produk-produk berkualitas tinggi dengan tetap mengusung konsep ekonomi sirkular. Melalui produk-produk yang dikembangkan, re.peat akan mengoptimalkan penyerapan sampah dan limbah rumah tangga dalam jumlah yang besar.

"Dengan berkembangnya re.peat, diharapkan dapat menyerap lebih banyak sampah dan limbah rumah tangga, baik untuk mendukung proses produksi, maupun sebagai bahan baku," jelasnya.

Produk pembersih serbaguna dan penghilang noda dihadirkan dalam bentuk dan pemanfaatan yang berbeda. Yang pertama dipasarkan dalam bentuk pasta, dan didesain sebagai produk pembersih utama rumah tangga yang ramah lingkungan.

"Dengan performanya yang tinggi, dapat dimanfaatkan untuk membersihkan barang-barang lamasehingga tampak baru. Diharapkan, dengan demikian dapat memperpanjang usia pemakaian barang-barang rumah tangga sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi timbulan sampah," ungkapnya.

Sedangkan untuk produk pembersih noda, berupa bubuk, dan diperuntukkan untuk menghilangkan noda secara aman pada material kain dan sejenisnya. Seperti halnya MPC, Stain Remover menggunakan bahan-bahan alami. Sehingga, tidak seperti kebanyakan penghilang noda lainnya, baik dalam penggunaan maupun buangan airnya, aman untuk lingkungan dan pengguna.

Lebih jauh Amin Cakrawijaya mengungkapkan, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepanjang tahun 2022, sampah yang tidak terkelola mencapai lebih dari 8 juta ton dengan komposisi 58,6 persen sampah organik, 18,6 persen sampah plastik, dan sisanya sampah jenis lainnya.

Jutaan ton sampah tersebut kemudian mencemari lahan-lahan terbuka dan badan air, terutama di wilayah perkotaan. Banyak kawasan perkotaan yang terkendala dengan kapasitas TPA-nya yang terbatas, dan sebagian lainnya disebut-sebut bahkan telah mengalami over kapasitas.

Dilansir Nature.com, bahkan empat sungai di Indonesia masuk dalam daftar 20 sungai yang paling banyak menyumbang sampah plastik ke lautan. Dengan kondisi tersebut, penanganan sampah di level hulu (rumah tangga) menjadi penting. Upaya ini dapat dilakukan secara umum dengan cara mengurangi timbulan sampah, dan/atau memaksimalkan pengolahan sampah bersama dengan masyarakat dan UMKM.

"Sudah waktunya kita melakukan sesuatu yang berarti dan mengikhtiarkan solusi, seperti yang diupayakan dalam kolaborasi ini," paparnya.

Baca Juga: