JAKARTA-Sejumlah kalangan sepakat bahwa sudah saatnya produk bioteknologi digunakan oleh masyarakat Indonesia mengingat banyaknya manfaat yang telah disaksikan di dunia. Hal menarik lainnya terkait edukasi perlu terus dilakukan ke masyarakat.

Bioteknologi lebih spesifik lagi Produk Rekayasa Genetika (PRG) adalah salah satu bagian luar biasa dari kehidupan kita karena di antara teknologi modern yang diaplikasikan secara luas di dunia, produk PRG merupakan hasil terknologi yang paling rinci diatur dan dikaji serta diuji sebelum dimanfaatkan.

Bioteknologi menyediakan produk dan teknologi terobosan untuk memberi solusi kekurangan pangan, memulihkan kerusakan lingkungan, dan mendorong perekonomian. Bioteknologi pun merupakan alternatif solusi bagi beberapa masalah utama global seperti pemanasan global, meningkatnya krisis bahan bakar minyak bumi, dan terutama kemiskinan.

Direktur IndoBIC, Prof. Dr. Bambang Purwantara memaparkan, status terkini adopsi tanaman biotek di dunia yang telah dilaporkan oleh ISAAA. Total seluas 190,4 juta hektar tanaman biotek telah ditanam di 29 negara hingga peningkatan kehidupan 17 juta petani biotek dan keluarga mereka di seluruh dunia pada 2019.

"Sebentar lagi Indonesia akan memiliki produk biotek lain milik anak bangsa yang akan segera dikomersialisasi,"ucapnya dalam webinar bertajuk "Manfaat Adopsi Tanaman Biotek bagi Petani" saat menyambut HUT ke-76 RI, pekan lalu.

Acara ini menghadirkan beberapa perkembangan penting khususnya di Indonesia terkait bioteknologi antara lain menyoroti hasil studi persepsi publik

yang telah dilakukan pada 2020 sekaligus persetujuan 2 regulasi baru dan produk kentang bioteknologi yang sebentar lagi akan dikomersialkan.

Hendarman, Pelaksana tugas Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan masyarakat, Kemendikbudristek menyampaikan penguasaan teknologi pertanian perlu diberikan kepada siswa didik di SMK Pertanian karena teknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain.

Hal ini mengingat beberapa kebutuhan pangan dalam negeri masih mengimpor dari luar negeri, padahal Indonesia memiliki potensi yang belum dikembangkan. Revitalisasi SMK Pertanian diharapkan dapat mengatasi kekurangan bahan pangan di Indonesia dengan menciptakan tenaga terampil dan wirausaha bidang Pertanian.

Direktur SEAMEO BIOTROP, Dr. Zulhamsyah Imran menjelaskan kedepannya, semua penelitian Biotrop akan terus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0 otomatisasi peralatan-peralatan pendukung penelitian yang dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan sekaligus meningkatkan produktivitas di dunia pertanian dalam berbagai skala.

"Tentunya, diharapkan akan meningkatkan produktivitas kepentingan masyarakat Indonesia,"ungkapnya.

Baca Juga: