Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan berpidato secara virtual dalam KTT NATO, Uni Eropa, dan G7 di Brussel, Belgia, Kamis (24/3). Ia mengungkapkan, dalam gelaran tersebut akan terlihat negara mana yang menjadi pengkhianat atau yang 'membelot' ke Rusia.

Zelensky menjelaskan, Rusia saat ini tengah mengerahkan kekuatan ekonominya. Menurutnya, hal tersebut bertujuan untuk menghentikan campur tangan sekutu Ukraina dalam perang yang masih terjadi.

"Kami tahu bahwa Rusia sudah mulai melobi kepentingan mereka. Ini adalah kepentingan perang. Kami tahu bahwa mereka bekerja dengan beberapa mitra," kata Zelensky dikutip dari BBC News, Kamis (24/3).

"Pada tiga KTT ini kita akan melihat siapa teman, siapa mitra, dan siapa yang mengkhianati kita demi uang," lanjutnya.

Sebagai informasi, Rusia merupakan salah satu pemasok gas terbesar di wilayah Eropa mencapai 40 persen. Namun, berbagai sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia, membuat sejumlah negara harus memutar otak untuk mencari energi alternatif.

Sementara di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam negara-negara yang tak bersahabat dengan Rusia. Menurutnya, mereka akan membayar harga gas Rusia dalam Rubel.

"Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga. Tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," ucap Putin, dikutip dari CNBC International.

"Mata uang pembayaran akan diubah ke rubel Rusia," paparnya.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan, pembicaraan untuk menghentikan perang dengan Rusia sulit. Bahkan, untuk mencapai perundingan tersebut terkadang konfrontatif.

"Kami melanjutkan pembicaraan di tingkat yang berbeda untuk mendorong Rusia ke arah damai, Delegasi Ukraina berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut setiap hari. Itu (negosiasi) sangat sulit, kadang konfrontatif," ujar Zelensky, dikutip dari Reuters, Kamis (24/3).

Zelensky mengakui, sejauh ini proses negosiasi selangkah demi selangkah mengalami kemajuan meski sulit dan penuh konfrontatif.

Ukraina terus digempur sejak Rusia melancarkan invasinya sejak 24 Februari lalu. Meski perundingan telah beberapa kali digelar, kedua negara belum menemukan titik terang untuk mengakhiri perang.

Serangan terus terjadi setiap hari di sejumlah kota di Ukraina salah satunya di Mariupol. Salah satu pejabat setempat mengatakan, ledakan terdengar setiap sepuluh menit.

Zelensky turut buka suara terhadap kondisi warganya yang berada di Mariupol. Ia menyampaikan, terdapat 100 ribu warganya dalam kondisi memprihatinkan.

"Mulai hari ini, ada sekitar 100 ribu penduduk kota dalam kondisi tak manusiawi, diblokir sepenuhnya, tanpa makanan, tanpa air, tanpa obat-obatan, (mereka) menjadi sasaran penembakan, sasaran bombardir," ucapnya.

Ia juga menuduh Rusia mencuri 11 bus yang digunakan untuk mengevakuasi warga di Mariupol. Menurutnya, tentara Rusia mengambil alih bus tersebut untuk dibawa ke lokasi rahasia.

Baca Juga: