Berbagai isu menyangkut posisi dan kepemimpinan Jokowi dalam memerintah kerap dijadikan bahan untuk mendiskreditkan presiden.

Jakarta - Penjelasan yangs nagat lugas dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan sambutan dalam acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan Tahun 2018 di Bogor, Jawa barat, Sabtu (7/4) di Bogor merupakan jawaban langsung terhadap para pengkritiknya yang selalu melempar isu-isu negatif kepada dirinya dan pemerintahan yang dipimpinnya.

Penilaian tersebut disampaikan dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. M. Sya'roni Rofii, saat diminta tanggapannya oleh Koran Jakarta, Minggu (8/4). Dalam pidato sambutan itu, Presiden menegaskan sekaligus menjawab tudingan-tudingan tak berdasar yang kerap dialamatkan pada dirinya.

Ketika menjelaskan berbagai hal itu, tensi suara Kepala Negara cendrung meninggi. Sya'roni menilai pidato Presiden Jokowi yang terlihat begitu emosional, menunjukkan gestur yang begitu percaya diri karena merasa relawan telah mengamankan dukungan untuk pencapresan periode kedua. Selain itu kata Sya'roni, kehadiran Jokowi pada acara konvensi relawan Galang Kemajuan (GK) dinilainya hendak menghidupkan kekuatan relawan sebagai mesin cadangan jika sewaktu-waktu mesin partai telat bekerja dan telat panas.

"Berkaca pada pilpres 2014Jokowi banyak mengandalkan jaringan relawan untuk bertarung di pilpres dan terbukti efektif," tutup Sya'roni yang juga Alumni Marmara University, Turki ini. Anggota Tim Galang Kemajuan (GK) Jokowi, Andre mengatakan para relawan siap mendukung kepemimpinan Presiden Jokowi sampai dua periode.

Hal tersebut dilakukan karena lewat kepemimpinannya pembangunan infrastruktur mampu dilakukan dengan baik. Terlebih, penanganan kebakaran hutan dan lahan juga bisa diatasi dengan baik. "Sebelum pagelaran Konvensi Nasional ini, para relawan telah melakukan serangkaian konsolidasi," katanya.

Sementara itu Presiden ketika menyampaikan pidato sambutan dalam acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan Tahun 2018 di Bogor menanggapi berbagai isu negatif yang ditujukan kepada dirinya. Isu yang dimaksud mengenai antek asing, PKI, utang negara hingga gerakan ganti presiden 2019 lewat kaos. "Banyak yang ingin melemahkan bangsa kita dengan cara-cara yang tidak beradab. Ngomongin isu antek asing, tuding-tuding ke saya. Jokowi itu antek asing," ujarnya.

Presiden lalu mencontohkan adanya tuduhan sebagai seorang anggota PKI yang berhaluan komunis. Padahal, saat PKI dibubarkan tahun 1965 dirinya masih berusia empat tahun. "Ada gambar di medsos seperti ini. Ini waktu D.N. Aidit pidato tahun 1955. Saya belum lahir sudah (disebut) jejer sama D.N. Aidit. Ini isu apa-apaan. Tidak beradab seperti itu," tutur Presiden sambil menunjukkan gambar dimaksud.

Isu Utang

Selain itu, Presiden juga menyinggung pembangunan infrastruktur yang terus jadi komoditas menyerang dirinya. Ia pun menegaskan bahwa program tersebut dimaksudkan tidak lain hanya untuk membangun bangsa Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain. "Kita mengerti bahwa membangun itu memang terkadang ada yang salah atau khilaf. Itu yang kita benahi," ujar Presiden.

Presiden juga menjelaskan munculnya provokasi terhadap isu jumlah utang negara yang sudah 4.000 triliun rupiah tanpa rincian yang memadai. "Saya dilantik utangnya (Indonesia) sudah 2.700 triliun rupiah. Saya bicara apa adanya. Bunganya setiap tahun 250 triliun rupiah. Kalau empat tahun sudah tambah 1.000 triliun rupiah. Mengerti gak ini? Supaya mengerti, jangan dipikir saya utang sebesar itu," kata Jokowi. fdl/AR-3

Baca Juga: